Jumat, 08 Februari 2019

Nabi Muhammad Seorang Yatim Piatu

Kisah Nabi Muhammad Seorang Yatim Piatu Dunia Nabi ~ Nabi Muhammad saw ialah Nabi akhir zaman sebab sesudah beliau tidak ada lagi orang yang diutus Allah swt sebagai Nabi. Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Abdullah meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib (Madinah). Ketika itu, Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya. Abdullah meninggalkan harta berupa lima ekor unta, sekawanan biri-biri, dan seorang budak perempuan yang bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Muhammad berumur enam tahun, ibunya mengajak Nabi Muhammad pergi ke Yatsrib (Madinah). Mereka bermaksud untuk menziarahi makam Abdullah (Ayahnya) dan mengunjungi saudaranya yang tinggal di sana. Setelah sebulan lamanya mereka tinggal di Madinah, akhirnya mereka kembali ke Mekkah. Nabi Muhammad saw telah mengetahui pusara ayahnya dan berkenalan dengan sanak keluarganya. Namun, di tengah perjalanan pulang menuju Mekkah, tepatnya di daerah Abwa’ ibu beliau jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, kemudian dikuburkan disana. Setelah ibunya meninggal, Nabi Muhammad saw diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Pada masa itulah, Nabi Muhammad diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Kota Mekkah. Nabi Muhammad juga pernah menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam. Nabi Muhammad saw tumbuh menjadi orang yang meyakini keesaan Allah swt. Beliau hidup sederhana dan tidak berlaku sombong. Beliau juga menjauhi kebiasaan-kebiasaan buruk di kalangan bangsa Arab seperti berjudi dan minum-minuman keras serta menyembah berhala. Masyarakat di sekitarnya mengenal beliau sebagai Ash-Shadiq (orang yang benar) dan Al-Amin (orang yang terpercaya).

Nabi Muhammad Menerima Wahyu


Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu

Dunia Nabi ~ Nabi Muhammad sering kali menyendiri di Gua Hira. Belia sering kali memikirkan masyarakat Arab yang banyak melakukan perbuatan buruk dan dilingkupi dengan kebodohan. Beliau berusaha memahami tentang keesaan Allah.

Pada suatu malam, tepatnya pada malam 17 Ramadhan, malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad yang sedang menyendiri di Gua Hira. Pada saat itulah, Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama. Wahyu itu adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Ketika itu, Nabi Muhammad berumur 40 tahun dan telah menikah dengan Khadijah. 
Setelah itu, wahyu dari Allah swt turun secara bertahap dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu Allah tersebut di kumpulkan dalam kitab yang bernama Al-Quran. Selain Al-Quran, kaum Muslim juga memiliki pegangan atau pedoman hidup yang diberi nama As-Sunnah. As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan segala perkataan, tindakan, dan persetujuan dari Nabi Muhammad saw. 
Setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad berdakwah mengajak orang-orang untuk menyembah Allah. Selama tiga tahun pertama, Nabi Muhammad hanya menyebarkan ajaran Islam kepada teman-teman dekat dan kerabat beliau secara sembunyi-sembunyi. 
Pada awal tahun 613, Nabi Muhammad saw mendapatkan wahyu dari Allah swt untuk berdakwah secara terang-terangan kepada penduduk Kota Mekkah dan sekitarnya. Ketika itu, Nabi Muhammad banyak mendapat tantangan dan cemoohan dari tokoh-tokoh Quraisy atau masyarakat jahiliah pada masa itu. Mereka menyiksa dengan kejam bahkan membunuh para pengikut Nabi Muhammad saw. 
Meskipun mendapat banyak tantangan dari kaum musyirikin Quraisy, dakwah Nabi Muhammad saw tidak pernah surut. Beliau dan pengikutnya tetap menyebarkan ajaran Islam dengan penuh keteguhan dan keikhlasan.

Nabi Muhammad Dan Pengikutnya Hijrah


Kisah Nabi Muhammad Dan Pengikutnya Hijrah

Dunia Nabi ~ Ka’bah merupakan pusat kegiatan masyarakat jahiliyah Arab. Hal ini terjadi karena Ka’bah terdapat berhala-berhala. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku datang ke Ka’bah untuk menjalankan ritual dan tradisi keagamaannya. Pada saat itulah, Nabi Muhammad berdakwah kepada mereka agar memeluk agama Islam. Di antara mereka yang tertarik memeluk agama Islam adalah orang-orang dari Yatsrib (Madinah).

Orang-orang Yatsrib menemui Nabi Muhammad di Bukit Aqabah secara diam-diam. Setelah memeluk agama Islam, mereka berjanji setia akan melindungi Islam, Nabi Muhammad, dan orang-orang Islam di Mekkah. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Baiat Aqabah yang pertama. 
Pada tahun berikutnya, orang-orang Yatsrib datang lagi ke Bukit Aqabah dalam jumlah yang lebih banyak. Mereka memeluk agama Islam dan berjanji setia akan melindungi Nabi Muhammad dan ajarannya. Ketika itu, mereka mengundang Nabi Muhammad dan umat Islam di Mekkah untuk tingga di Yatsrib. Nabi Muhammad pun memutuskan agar ia dan pengikutnya berhijrah ke Yatsrib. 
Ketika mengetahui Nabi Muhammad dan pengikutnya hendak berhijrah, kaum Quraisy berusaha menghalanginya. Namun, Nabi Muhammad dan umat Islam di Mekkah telah bertekad untuk hijrah ke Yatsrib. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara bertahap. Akhirnya selama sekitar dua bulan, Nabi Muhammad dan umat Islam Mekkah sampai di Yatsrib. Umat Islam dari Madinah (kaum Muhajirin) disambut dengan suka cita oleh penduduk Yatsrib (kaum Anshar) yang hampir semuanya telah memeluk agama Islam. Kota Yatsrib kemudian dikenal dengan nama Madinah Al-Munawwarah yang artinya ‘Kota yang bercahaya’. 
Di Madinah, Islam telah berkembang pesat. Umat Islam dapat beribadah dengan tenang. Di Madinah juga terbentuk pemerintahan Islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad saw.

Penaklukan Kota Mekah


Kisah Penaklukan Kota Mekkah

Dunia Nabi ~ Kaum Anshar dan kaum Muhajirin di Madinah bersatu,Islam semakin kuat. Selama itu, kaum Quraisy di Mekkah seringkali melancarkan serangan. Peperangan di antara umat Islam dan kaum Quraisy tidak dapat terhindarkan, seperti Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak.

Dari berbagai pertempuran tersebut, hanya pada Perang Uhud Umat Islam kalah. Kekalahan umat Islam disebabkan oleh ketidakpatuhan pasukan ahli pemanah terhadap perintah Nabi Muhammad saw. 
Setelah Perang Khandak, umat Islam dan kaum Quraisy mengadakan perjanjian perdamaian, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Umat Islam dapat hidup damai berdampingan dengan kaum Quraisy. Namun setelah beberapa lama, kaum Quraisy melanggar perjanjian tersebut dengan menyerang sekutu umat Islam. 
Ketika itu, Bani Khuza’ah bersekutu dengan umat Islam, sedangkan Bani Bakar bersekutu dengan kaum Quraisy. Bani Bakar menyerang Bani Khuza’ah. Banyak orang dari Bani Khuza’ah yang terbunuh. Di antara Bani Khuza’ah yang selama meminta pertolongan kepada Rasulullah. 
Rasulullah segera mempersiapkan pasukannya. Rasulullah dan tentaranya bergerak ke Mekkah pada bulan Ramadhan 8 Hijriah. Ketika sampai di Mar Al-Zahran, Rasulullah memerintahkan untuk menyalakan ribuan api obor. Rasulullah juga mengutus Abu Sufyan ke Mekkah. Kaum Quraisy pun menyadari kedatangan Rasulullah dan tentara Muslim. Kaum Quraisy bersembunyi karena tidak mampu melawan.

Akhirnya, Rasulullah dan tentara Muslm tiba di Mekkah. Rasulullah mencium batu Hajar Aswad. Kemudian, Rasulullah dan tentara Muslim menghancukan 360 berhala di sekitar Ka’bah. Ia juga bertawaf sebanyak 7 kali. Lukisan Nabi Ibrahim dan patung berhala di dalam Ka’bah dihancurkan oleh Rasulullah. 
Rasulullah mengatakan siapa saja yang bersembunyi di rumah masing-masing, di Masjidil Haram, atau di rumah Abu Sufyan akan dimaafkan. Penduduk Mekkah sangat senang dan banyak di antara mereka yang memeluk agama Islam. 
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam. Ketika Nabi Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam. Banyak rintangan dihadapi oleh Nabi Muhammad selama berdakwah. Namun, tidak sedikitpun, beliau berputus asa. 
Nabi Muhammad diutus Allah bagi seluruh umat manusia. Hal itu sesuai dengan Al-Quran Surat Saba ayat 28, “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” 
Hal itu berbeda dengan Nabi-Nabi sebelumnya. Mereka diutus oleh Allah untuk suatu kaum. Misalnya, Allah mengutus Nabi Shaleh kepada kaum Tsamud, Nabi Hud kepada kaum ‘Ad, dan Nabi Musa kepada kaum Bani Israil. 
Meskipun demikian, terdapat persamaan antara Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi sebelumnya, yaitu sama-sama mengajarkan untuk hanya menyembah kepada Allah. Nabi-Nabi itu mengajarkan tauhid, yaitu tidak ada Tuhan selain Allah dan hanya Allah yang patut disembah. Hal itu sesuai dengan Al-Quran Surat Al-Anbiyaa ayat 25, “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami Wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.”

Kisah Nabi Isa Saat Memiliki Pengikut


Kisah Nabi Isa Saat Mulai Memiliki Pengikut

Kisah Nabi Isa Saat Mulai Memiliki Pengikut ~ Sesampai di makam, Isa berdiri persis di dekat makam, menatap ke langit, memohon kepada Allah serta berkata dengan penuh keyakinan “Wahai Azir, bangunlah!” Tiba-tiba makam itu terbelah, Azir keluar dari dalam makam. Sang ibu memeluk Azir, dengan air mata bercucuran.

Setelah Nabi Isa dianugerahi Allah, dengan mukjizat bisa mengolah tanah liat menjadi burung, dan burung itu dari tanah liat kemudian bisa mengepakkan sayap dan terbang tinggi ke angkasa tak lama setelah Nabi Isa meniupnya, pendeta Yahudi hanya bisa berdecak kagum dan heran. Tak pernah terpikir di benak mereka jika Nabi Isa bisa melakukan hal yang tak mungkin menjadi mungkin. Tetapi sekalipun mukjizat Nabi Isa itu telah dilihat di depan mata mereka, hati mereka seperti tertutup kabut. Mereka tidak mau mengakui akan kebenaran dan mukjizat yang dimiliki Nabi Isa. Sebaliknya, mereka semakin benci kepada Nabi Isa, selain menyebarkan kebencian dan fitnah, mereka pun bersepakat untuk membunuh Nabi Isa. 
Nabi Isa hanya memandang mereka dengan heran. Lalu Nabi Isa berkata, “Siapa yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan Agama) Allah?” 
Ada dua belas orang lelaki bangkit, dan tanpa ragu lagi berkata,”Kami adalah penolong-penolong agama Allah.” (QS. 3 : 52) 
Setelah itu, mereka menengadah ke langit dan berkata dengan penuh keyakinan “Ya Tuhan kami telah beriman kepada apa yang telah engkau turunkan dan telah kami ikuti Rasul, karena itu masukkanlah kami ke golongan orang-orang yang menjadi saksi.” (QS.3 : 53)

Meminta Makanan Lezat

Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada murid-murid Nabi Isa itu, dan akhirnya mereka beriman kepada-Nya dan rasul-Nya. Murid-murid Nabi Isa itu mengikuti ajaran Nabi Isa, putra Maryam, juga bahkan beriman kepadanya dan mendukungnya. 
Nabi Isa dikenal sebagai orang suci dan tidak memiliki keraguan kepada Allah akan apa yang diyakini Nabi Isa beriman kepada Allah tanpa keraguan Nabi Isa ingin orang-orang Bani Israil beriman kepada Allah, karena itu Nabi Isa selalu berdoa kepada Allah memohon kebaikan dan berharap semakin hari ada orang yang mau mendengarkan dan kemudian mengikuti ajaran yang dibawanya. Nabi Isa ingin orang-orang Bani Israil tidak tersesat, menemukan kebenaran dan berbuat kebaikan. 
Sejak menerima risalah kenabian. Nabi Isa selalu berdakwah berbagai tempat dan berharap ada yang mendengarkan. Pernah Nabi Isa berdakwah ke daerah perbukitan. Nabi Isa mengajak murid-muridnya. Di perbukitan itu, Nabi Isa dan murid-muridnya yang menyertainya ingin mengajak penduduk setempat mengenalkan risalah tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa. 
Perjalanan ke perbukitan itu tidaklah mudah, Nabi Isa dan murid-muridnya berhenti sejenak di dekat sebuah pancuran. Nabi Isa dan murid-muridnya duduk. Tapi diluar perkiraan murid-muridnya tiba-tiba Nabi Isa mengusap dan mencuci kaki murid-muridnya itu. Tentu, murid-murid Nabi terhenyak kaget kemudian bertanya, “Wahai Nabi mengapa engkau mencuci kaki kami?” 
Seraya masih terus mencuci kaki murid-muridnya, Nabi Isa menjawab dengan penuh rendah hati. “Aku ingin kalian memperlakukan orang-orang seperti aku memperlakukan kalian. Aku ingin kalian melayani mereka seperti aku melayani kalian.” 
Matahari terus bergeser, pagi berganti menjadi siang. Murid-murid Nabi Isa merasa ada yang melihat di perut mereka. Murid-murid mulai merasa lapar, Nabi Isa memberikan contoh pada murid-muridnya cara menghilangkan rasa lapar dengan memakan dedaunan dan tumbuhan-tumbuhan liar. Tetapi murid-murid Nabi Isa tidak tergolong pengembara, sehingga tidak mampu melakukan apa yang dilakukan Nabi Isa. Sebab, bertahun-tahun Nabi Isa telah meninggalkan keduniawian bisa menahan lapar dan dahaga dengan cara yang tak biasa. Hal itu yang belum bisa diteladani oleh murid-murid Nabi Isa. 
Dalam kondisi lapar seperti itu, murid-murid Nabi Isa berharap ada keajaiban. Mereka pun membincangkan mukjizat Nabi Isa. “Nabi Isa bisa menciptakan sesekor burung dari tanah liat, dengan izin Allah. Jadi, jika dia memohon kepada Allah untuk menurunkan hidangan dari langit untuk kita, pastilah bisa.” 
Murid-murid Nabi Isa saling pandang, dengan alasan itulah mereka kemudian bertanya kepada Nabi Isa. “Wahai putra Maryam bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan kepada kita dari langit?” 
Nabi Isa menoleh kemudian menjawab, “Apakah kalian meragukan kekuasaan Allah?” Kemudian Nabi Isa mengajak pada mereka. “Bertaqwalah kalian kepada Allah juka kalian benar-benar orang yang beriman!” (QS. 5 : 112) 
Lalu mereka berkata, “Kami ingin memakan hidangan itu, dan supaya tentram hati kami, dan supaya kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu” (QS.5 : 113) 
Sejenak Nabi Isa terdiam, wajahnya yang semula bersinar kemudian berubah menjadi layu dan sedih. Bagaimana tidak? Murid-muridnya sedang mengujinya. Padahal sudah jelas Nabi Isa dianugerahi satu mukjizat, pernah membuat burung dari tanah liat, kemudian atas izin Allah nabi Isa meniupnya, dan burung itu menggeliat, hidup dan bisa terbang. 
Mata Nabi Isa hampir berkaca-kaca, karena merasa sedih. Tapi keinginan murid-murid nabi Isa itu seperti tak kuasa ditolaknya Nabi Isa kemudian bersujud kepada Allah. Setelah itu Nabi Isa menengadahkan tangan dan berdoa kepada Allah dengan hati penuh kekhusyukan, dengan satu harapan untuk memenuhi keinginan murid-muridnya. 
“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu. Berilah rezeki kepada kami, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. 5 : 114) 
Tak selang lama kemudian, tempat nabi Isa dan murid-muridnya itu dipenuhi dengan cahaya. Kemudian Allah swt berfirman kepada mereka. ”Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barangsiapa yang kafir di antara kalian, sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku dan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” (QS. 5 : 115) 
Beberapa saat kemudian, makanan istimewa (hidangan dari langit yang dijanjikan oleh Allah) itu turun. Dalam hidangan itu, terpampang roti dan daging. Roti dan daging itu terlihat menggiurkan lidah murid-murid Nabi Isa. Bahkan, aroma dari hidangan itu sampai menyebar ke segala penjuru disekitar tempat itu, sehingga mengundang orang-orang yang lapar dan yang miskin untuk datang menikmati hidangan tersebut. 
Setelah orang-orang itu datang dan melihat di hadapan Nabi Isa dan murid-muridnya terhampar hidangan makanan yang lezat, mereka pun ditawari untuk ikut makan dan minum. Mereka ikut makan dan minum dengan penuh keceriaan. Tak pernah mereka makan-makanan senikmat dan selezat itu.

Mukjizat Menghidupkan Orang Mati

Nabi Isa memiliki seorang teman yang bernama Azir. Dia itu pemuda yang beriman sehingga Nabi Isa pun mencintainya. Setelah lama tak bertemu, Nabi Isa memutuskan berkunjung ke rumah Azir. Tiba-tiba, seorang wanita datang menyambutnya, seraya menangis. 
“Azir telah meninggal dan dikuburkan tiga hari yang lalu,” jawab wanita itu. “Apakah engkau ingin melihat Azir?” Wanita yang tak lain adalah ibu Azir itu menjawab, “Ya”. 
Isa berkata, “Besok aku akan kembali dan memberinya kehidupan, dengan izin Allah”. Esoknya, Isa datang dan berkata kepada Ibu Azir, “Ikutlah denganku ke makamnya.” 
Sesampai di makam, Isa berdiri persis di dekat makam, menatap ke langit, memohon kepada Allah serta berkata dengan penuh keyakinan, “Wahai Azir, bangunlah!” 
Tiba-tiba makam itu terbelah, Azir keluar dari dalam makam. Sang ibu memeluk Azir, dengan air mata bercucuran. Apakah engkau ingin tinggal dengan ibumu?” Azir menjawab, “Ya” Nabi Isa menjawab, “Allah telah memberimu sebuah kehidupan baru. Kau akan menikah dan Allah akan menganugerahimu anak-anak yang baik.”

Membantu Para Nelayan

Pada hari yang lain, Nabi Isa pergi ke pantai. Tapi hari itu, Nabi Isa melihat para nelayan sedih. Mereka tak mendapat tangkapan ikan. Nelayan-nelayan itu duduk di tepi pantai dengan muka murung. Mereka juga melipat layar mereka karena sudah merasa putus asa. 
Tiba-tiba, Nabi Isa naik ke perahu, memerintahkan para nelayan itu untuk segera menaikkan layar, dan mengikuti perahu Nabi. Nabi Isa memerintahkan kepada para nelayan untuk berhenti di tempat tertentu di laut biru, dan melemparkan jala-jala mereka. Sesuatu yang mengejutkan pun terjadi, ketika nelayan-nelayan itu menarik jala-jala mereka, jala-jala mereka itu penuh dengan ikan. Mereka terus menangkap ikan hingga perahu mereka penuh ikan.

Mukjizat Yang Menyembuhkan

Suatu hari, Nabi Isa diajak satu muridnya berkunjung ke rumahnya. Dalam perjalanan, Nabi Isa melihat seorang pemuda berjalan dan beberapa orang mengejek pemuda itu karena pemuda itu tuli dan bisu, tak mendengar apa pun, sehingga ia tak mampu berbicara. Namun ia menatap orang-orang itu dengan kebingungan ketika mereka mentertawakannya dengan sinis. 
Nabi Isa meletakkan telapak tangannya ke telinga pemuda itu, dan ia bisa mendengar. Orang-orang heran, ketika mereka mengetahui pemuda itu bisa mendengar. Sebagian mereka kemudian beriman dan menjadi pengikut Nabi Isa. 
Setelah itu, Nabi Isa meneruskan perjalanan, berkunjung ke rumah muridnya. Esoknya, Nabi Isa mendengar beberapa orang mengetuk pintu dengan kerasnya. Nabi Isa keluar melihat apa yang terjadi. Ketika Nabi Isa keluar, dia melihat seorang yang menderita penyakit lepra yang sedang berjalan dan beberapa orang melempari orang itu dengan batu untuk memaksanya meninggalkan desa itu. Orang-orang itu melempari dari kejauhan dan merasa jijik melihatnya. 
Nabi Isa kemudian mendekati orang yang menderita lepra itu, lalu meletakkan telapak tangannya di wajahnya dan ternyata berhasil dapat menyembuhkan penyakit lepra yang diderita orang itu.
Orang-orang itu saling pandang, dan kemudian berebut untuk menyentuh tangan Nabi Isa.

Mukjizat Nabi Isa Saat Kecil


Mukjizat Nabi Isa Saat Masih Kecil

Mukjizat Nabi Isa Saat Masih Kecil ~ Setelah Maryam mengasingkan diri untuk melahirkan Isa, Maryam yang kembali menuruni bukit, meniti jalan dengan penuh kehati-hatin karena ia menggendong seorang bayi. Sesekali Maryam mencium bayi yang ia gendong dan menutupkan tudung agar bayi yang ada dalam gendongan itu tak tersengat sinar matahari. Maryam terus berjalan, seakan tidak peduli pada apa yang kelak terjadi. Ia sudah diberi satu kekuatan oleh Allah swt. “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (QS. Maryam ayat; 26)

Hingga akhirnya, Maryam sampai ditengah-tengah kaumnya. Ia memasuki kampung tanpa bicara, diam seperti memasuki kota asing yang tak perlu dihiraukan apa pun yang akan terjadi nanti. Orang-orang memandangnya dengan penuh keheranan. Apalagi Maryam sebelum pergi tidak membawa apa pun, tapi saat pulang ke kampung halaman tiba-tiba wanita suci itu berjalan dengan menggendong seorang bayi. 
Pada malam hari. Di altar langit, muncul sebuah bintang yang menawan. Bintang itu seperti memancarkan percik sinar keemasan yang menyilau. Sementara itu, di tempat lain, raja Persia menatap bintang itu dengan penuh kekaguman. Di dalam hati, dia merasa ada yang lain dari bintang-bintang yang pernah dia lihat. Entah kenapa, saat dia melihat bintang itu, dia merasa tentram dan bahagia. 
Perasaan itu mengundang rasa penasaran di dalam pikiran. Akhirnya, dia memanggil seorang paranormal. Dia menceritakan tentang bintang itu. Sang paranormal pun angkat bicara. “Kemudian bintang itu tidak lain sebagai penghormatan atas lahirnya seorang bayi yang istimewa di muka bumi ini.” 
Raja Persia penasaran. Siapa bayi itu? Dia pun memutuskan untuk mengirim beberapa orang kepercayaannya dengan membawa emas, dan susu dan berbagai hadiah. Semua itu akan diberikan keada bayi istimewa tersebut. Para utusan itu melintas dari satu kampung ke kampung yang lain, hingga akhirnya mereka tiba di negeri Syam. Di negeri Syam itu, para utusan raja Persia itu menemui raja Syam menanyakan apa maksud dari kedatangan mereka itu. Mereka menceritakan semua. 
Setelah mendengar cerita dari utusan raja Persia itu, raja Syam pun tidak ragu lagi jika bayi yang dicari itu tidak lain adalah Isa. Raja Syam langsung terpikir soal kelahiran Nabi Isa, karena Nabi Isa sudah bisa berbicara saat masih dalam buaian dan kabar itu santer terdengar ke segenap penjuru negeri Syam. 
Akhirnya, raja Syam memanggil pengawalnya, dan meminta pengawalnya itu mengantar para utusan raja Persia ke tempat tinggal Isa. Tetapi di balik niat baik itu, raja Syam sebenarnya punya niat jahat. Sebelum pengawalnya itu pergi, ia berpesan bahwa setelah para utusan raja Persia itu pergi, mereka harus membunuh Isa. 
Rombongan utusan raja Persia yang diantarkan oleh pengawal raja Syam itu akhirnya sampai ke tempat tingal Nabi Isa. Para utusan raja Persia langsung menyampaikan salam dari raja mereka dan memberikan semua hadiah yang mereka bawa. Tapi para utusan raja Persia itu tahu niat jahat raja Syam. Maka, sebelum mereka berpamitan, mereka membisikkan kepada ibu Isa, Maryam, tentang niat jahat dari raja Syam itu. Seketika itu, Maryam tersentak. Ia mau tak mau harus menyelamatkan Isa. Maryam pun membereskan barangnya dan membawa bayinya keluar dari negeri Syam kemudian pergi ke Mesir. (Di sanalah kemudian nabi Isa dibesarkan hingga mencapai usia 2 (dua) tahun, dan di usia itu Nabi Isa sudah terlihat memiliki keistimewaan, dianugerahi beberapa mukjizat. 
Suatu hari, Dihqan (sebutan untuk seoang pemimpin satu daerah atau wilayah) yang rumahnya ditempati Maryam. Isa merasa kehilangan sejumlah uang dirumahnya. Sedang rumah itu tidak ditinggali, kecuali oleh orang-orang fakir miskin, orang-orang jompo, dan para musafir. Dihqan tidak mengetahui siapa yang telah mengambil uangnya, namun petunjuk yang didapatkannya mengarah dan memberatkan pada Maryam sebagai sang tertuduh. 
Seisi rumah langsung diliputi ketegangan. Mereka yang tinggal dirumah itu menuntut uang itu dikembalikan agar pemilik rumah tetap mengizinkan orang-orang miskin dan papa itu untuk tinggal dirumah tersebut. Saat Isa mengetahui hal itu, ia langsung mendekati satu per satu penghuni rumah itu. Dua di antara orang-orang yang tinggal di rumah itu, menjadi pusat perhatian Isa. Dua oang itu yang satu tuna netra, dan yang satunya lagi lumpuh. Tanpa bertanya sesuatu apa pun. Isa langsung berbicara kepada orang yang buta. 
“Angkatlah orang yang lumpuh itu, dan gendonglah dia!” 
“Aku tidak mampu melakukannya.” jawab orang yang buta tersebut. “Kamu pasti mampu! Lakukanlah seperti ketika kamu berdua mengambil uang yang hilang dari lubang kamar.” 
Setelah Isa berkata seperti itu, mereka berdua akhirnya mengakui perbuatan mereka dan mengembalikan uang yang mereka ambil dari si pemilik rumah. Sejak saat itu, orang-orang di rumah tersebut menaruh hormat kepada Isa, meskipun ketika itu Nabi Isa masih sangat kecil dan belum diangkat menjadi Nabi. Isa masih kecil waktu itu dan kerap bermain dengan teman-teman sebayanya. Sekali pun masih kecil, Isa selalu membuat hal yang tak terduga bisa terjadi. Pernah suatu hari, Isa berkumpul dengan teman-temannya dan Isa mengatakan, “Maukah kau aku beritahu sesuatu yang disembunyikan oleh ibumu?” 
Salah satu dari anak itu pun menjawab, “Tentu saja.” 
Lalu, Isa memberitahukan, “Ibumu telah menyimpan ini dan itu darimu.” 
Anak itu diliputi perasaan bimbang. Apakah benar yang dikatakan oleh Isa itu? Padahal dia selama ini melihat ibunya sangat dan penuh perhatian terhadapnya. Tetapi, asa penasaran membuat anak itu berjalan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, pikirannya diliputi kegalauan. Jarak antara tempat dia berbicara dengan Isa dan rumahnya serasa jauh. Ia pun berjalan dengan cepat, dan sudah tak sabar ingin bertanya keada ibunya tentang apa yang disampaikan oleh Isa.

Setelah sampai di rumah anak itu pun langsung menerabas masuk ke dalam rumah. Ia langsung menemui ibunya. Dan kilatan mata yang tajam di upil mata anak itu ketika ia dengan nanar menatap ke arah ibunya. Ibu anak itu merasa heran. Apalagi tak lama kemudian anak itu berkata dengan tiba-tiba. “Wahai ibuku.... berikanlah aku makanan yang kau sembunyikan dariku.” 
Ibu anak itu pun merasa aneh dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Tidak pernah anak itu seperti hal itu sebelumnya, seolah-olah anak itu tahu apa yang disembunyikan oleh ibunya. Tetapi, ibu, anak itu merasa tidak bersalah. Sekalipun merasa tertuduh, ibu anak itu menjawab seolah-olah tidak tahu apa yang aku sembunyikan darimu?” 
Anak itu menjawab, “Makanan ini dan itu.” 
Setelah anak itu menyebutkan makanan yang dimaksud, ibunya tak bisa mengelak lagi. Tetapi di dalam hati, sang ibu merasa anaknya itu tahu apa yang telah disembunyikan. Kemudian ibu anak itu pun bertanya, ”dari mana kau tahu ibu menyembunyikan makanan tersebut?” 
“Aku diberitahu oleh Isa bin Maryam“, jawab anak itu. 
Saat mendengar nama Isa disebut ibu, anak itu merasa tercekat. Ada setangkup beban dan rasa bersalah yang melingkupi pikiran. Labih dari itu, ibu anak itu pun tahu. Isa bukanlah orang biasa. 
Hari berlalu dan bulan berbilang. Suatu hari anak Dihqan mengadakan acara jamuan makan. Anak Dihqan mengundang orang-orang itu datang menghadiri undangan dan jamuan makananan pun dihidangkan. Aroma sedap menguar dan mereka semua makan dengan lahap. Dan satu kebiasaan dalam acara jamuan semacam itu yang tak bisa ditinggalkan. 
Usai jamuan makan selesai, anak Dihqan pun menyuguhkan minuman, yakni minuman arak. Tapi, harapan anak Dihqan yang ingin menyenangkan tamu undangan, ternyata bertepuk sebelah tanga. Guci arak milik anak Dihqan rupanya kosong. Muka anak Dihqan langsung pucat pasi karena diliputi perasaan malu. Isa yang melihat kejadian itu, kemudian mendekat ke arah guci. Sejenak dia mengusap sekeliling guci. Keajaiban pun terjadi Guci itu tiba-tiba sudah dipenuhi kembali dengan arak dari jenis yang terbaik. Orang-orang yang melihat kejadian itu merasa heran dan berdecak kagum. Peristiwa itu membuat Isa dihormati banyak orang. 
Tidak lama setelah itu, Isa dan Maryam kembali ke Baitul Maqdis, kampung halaman mereka. Ketika Isa menginjak usia tiga belas tahun, Allah memerintahkan untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Bethel (nama kota di Baitul Maqdis). Maryam dan Isa kemudian menemui Yusuf (anak dari paman ibunya). Setelah itu, Yusuf menaikkan keduanya ke atas keledai hingga mereka tiba di Bethel dengan keledai itu. Kemudian Isa menetap di sana, dan mendapatkan kitab Injil, diajarkan kitab Taurat, diberi mukjizat bisa menghidupkan orang yang telah mati, bisa menyembuhkan orang-orang yang ditimpa berbagai penyakit, mengetahui hal-hal yang tak terlihat oleh mata (Isa mampu melihat makanan-makanan yang disimpan di rumah-rumah orang Yahudi), dan mengetahui jika ada orang yang datang. 
Semua mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa itu membuat orang-orang terheran-heran, dan terkagum-kagum. Mereka pun sangat takjub dengan mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa. Lalu peralahan-lahan Nabi Isa mulai menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. Tetapi, tidak semua orang mau menerima penjelasan Nabi Isa......!!!!!!

The free online css beautifier takes care of your dirty code and strips every unwanted

Kisah Cobaan Dan Ujian Nabi Ayub A.S


Kisah Cobaan Dan Ujian Nabi Ayub As

Kisah Cobaan dan Ujian Nabi Ayub as ~ Salah satu orang yang dipercaya membawa syariat Tuhan adalah Nabi Ayub as. Orangnya terkenal sabar dan penyayang. Oleh karena itu, Tuhan membanggakan Nabi Ayub kepada segenap makhluk-Nya mulai dari pepohonan, hewan, malaikat bahkan para setan.

Menanggapi "pembanggaan" Tuhan atas Nabi Ayub, setan yang berjiwa pembangkang tentu membantah, menantang Tuhan dengan mengatakan, "Tuhan, Engkau tak perlu membanggakan Ayub-Mu. Dia sabar hati dan baik budi karena hidup serba kecukupan. Saya sangsi apakah Ayub tetap memperlihatkan sikap terpuji jika Engkau menimpakan ujian kemelaratan dan kenistaan."

Mendapat kesangsian setan, Tuhan lantas membuktikan keutamaan makhluk-Nya yang bernama Ayub ini. Nabi Ayub yang semula kaya raya, akhirnya dibangkrutkan Tuhan. Ayub yang asalnya banyak putra, akhirnya satu persatu dicabut nyawanya hingga tak ada sisa. Nabi Ayub yang tadinya gagah, sehat wal afiat, akhirnya ditimpa penyakit yang tak ada obatnya. Badannya membusuk, bahkan belatung telah menempel masuk. Baunya menjadi sangat busuk.

Istri-istrinya, satu persatu meninggalkannya, kecuali hanya satu yang setia, yang justru paling cantik di antara semua. Lebih menyakitkan lagi, akibat bau busuk yang amat menyengat, Nabi Ayub malah diasingkan masyarakat yang tadinya memuja dan menghormatinya. Ia hidup terpencil dalam sebuah gua.

Ada tiga peristiwa penting terkait dengan musibah Nabi Ayub ini.

Bagi orang kebanyakan, musibah beruntun seperti ini akan sangat mungkin membuatnya gila atau bunuh diri akibat putus asa. Tapi, bagi orang sekualitas Nabi Ayub dalam soal keimanan, dia menerima segala cobaan dengan tawakal dan bijaksana. Tak mungkin bagi dirinya untuk berobat, karena tak satu pun orang yang mau mendekat. Sebab, hanya tinggal satu orang yang mau merawat, yakni satu-satunya istri yang masih setia.Dalam keterpurukan dan ketersiksaan, Nabi Ayub tetap ingat dan taat kepada Tuhan. Ia selalu rajin bermunajat, bukan berdoa untuk kesembuhan, tapi berdoa agar diberi ketabahan menerima segala ujian.Setiap kali akan shalat, ia mencabut (memunguti) puluhan belatung yang menempel di lukanya, tapi sama sekali tak mematikannya. Adalah pantangan baginya, membunuh sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan tanpas sesuatu alasan. Bahkan, setelah selsai shalat, belatung dikembalikan pada tempatnya, pada lukanya, agar mereka dapat tetap hidup memperoleh makanan dari tubuhnya. Bagi Nabi Ayub, belatung mempunyai hak hidup sebagaimana dirinya, belatung mempunyai hak mendapatkan pangan (makanan) sebagaimana dirinya pula. Masya Allah.

Suatu hari Nabi Ayub dan istrinya tak memiliki sesuatu apapun untuk mengganjal perutnya. Nabi Ayub kelaparan, istri setianya juga keroncongan. Nabi Ayub tawakal, si istri juga sabar. Namun, lama-lama istri shalehah ini tak tega melihat kondisi suaminya yang kian payah, sudah sakit masih ditambah lapar pula. Sama sekali wanita itu tak memikirkan dirinya, melainkan meresahkan kondisi suaminya. Akhirnya, istri setia itu pergi ke pasar, bukan menjual sesuatu apapun, karena memang tak punya apa-apa yang dapat dijual. Dia hanya menjual rambutnya yang panjang hanya untuk membeli makanan bagi suami tercinta. Kala itu masyarakat memang sudah terbiasa memakai rambut palsu, rambut penyambung untuk gelungan alias kondean, yang dalam terminologi Jawa disebut cemoro, dan dalam bahasa Indonesia dinamakan wig. Ketika si istri pulang dengan membawa makanan, Nabi Ayub bukannya gembira tentang apa yang dilakukan istrinya. Ia marah karena telah menyalahi hukum Tuhan, menjual rambutnya hanya demi makanan. Atas peristiwa ini Nabi Ayub bersumpah, bila Tuhan memberi kesembuhan dia akan menghukum istrinya, mencambuk seratus kali.

Akhirnya Ayub memanjatkan doa agar diberi kesembuhan. Dia berdoa bukan karena tak tahan pada cobaan, melainkan ingin melaksanakan sumpahnya menghukum istri yang melanggar aturan Tuhan.

Singkat kata, Tuhan pun akhirnya memberi kesembuhan, dan nabi Ayub telah lulus ujian. Alhasil, Nabi Ayub akhirnya ingin melaksanakan sumpah, karena janji dan sumpah memang tak mungkin diingkari. Tapi, mengingat kesetiaan dan kesalehan si wanita, Tuhan yang Maha Penyayang langsung mengajari, bahwa Nabi Ayub tetap dapat melaksanakan sumpah memukul istri 100 kali, tapi hendaknya tak menyakiti. Caranya, 100 lidi diikat jadi satu menjadi sapu, lantas dipukulkan sekali dengan keras, yang berarti telah sekaligus memukul 100 kali.