Jumat, 08 Februari 2019

Nabi Muhammad Seorang Yatim Piatu

Kisah Nabi Muhammad Seorang Yatim Piatu Dunia Nabi ~ Nabi Muhammad saw ialah Nabi akhir zaman sebab sesudah beliau tidak ada lagi orang yang diutus Allah swt sebagai Nabi. Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Abdullah meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib (Madinah). Ketika itu, Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya. Abdullah meninggalkan harta berupa lima ekor unta, sekawanan biri-biri, dan seorang budak perempuan yang bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Muhammad berumur enam tahun, ibunya mengajak Nabi Muhammad pergi ke Yatsrib (Madinah). Mereka bermaksud untuk menziarahi makam Abdullah (Ayahnya) dan mengunjungi saudaranya yang tinggal di sana. Setelah sebulan lamanya mereka tinggal di Madinah, akhirnya mereka kembali ke Mekkah. Nabi Muhammad saw telah mengetahui pusara ayahnya dan berkenalan dengan sanak keluarganya. Namun, di tengah perjalanan pulang menuju Mekkah, tepatnya di daerah Abwa’ ibu beliau jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, kemudian dikuburkan disana. Setelah ibunya meninggal, Nabi Muhammad saw diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Pada masa itulah, Nabi Muhammad diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Kota Mekkah. Nabi Muhammad juga pernah menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam. Nabi Muhammad saw tumbuh menjadi orang yang meyakini keesaan Allah swt. Beliau hidup sederhana dan tidak berlaku sombong. Beliau juga menjauhi kebiasaan-kebiasaan buruk di kalangan bangsa Arab seperti berjudi dan minum-minuman keras serta menyembah berhala. Masyarakat di sekitarnya mengenal beliau sebagai Ash-Shadiq (orang yang benar) dan Al-Amin (orang yang terpercaya).

Nabi Muhammad Menerima Wahyu


Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu

Dunia Nabi ~ Nabi Muhammad sering kali menyendiri di Gua Hira. Belia sering kali memikirkan masyarakat Arab yang banyak melakukan perbuatan buruk dan dilingkupi dengan kebodohan. Beliau berusaha memahami tentang keesaan Allah.

Pada suatu malam, tepatnya pada malam 17 Ramadhan, malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad yang sedang menyendiri di Gua Hira. Pada saat itulah, Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama. Wahyu itu adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Ketika itu, Nabi Muhammad berumur 40 tahun dan telah menikah dengan Khadijah. 
Setelah itu, wahyu dari Allah swt turun secara bertahap dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu Allah tersebut di kumpulkan dalam kitab yang bernama Al-Quran. Selain Al-Quran, kaum Muslim juga memiliki pegangan atau pedoman hidup yang diberi nama As-Sunnah. As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan segala perkataan, tindakan, dan persetujuan dari Nabi Muhammad saw. 
Setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad berdakwah mengajak orang-orang untuk menyembah Allah. Selama tiga tahun pertama, Nabi Muhammad hanya menyebarkan ajaran Islam kepada teman-teman dekat dan kerabat beliau secara sembunyi-sembunyi. 
Pada awal tahun 613, Nabi Muhammad saw mendapatkan wahyu dari Allah swt untuk berdakwah secara terang-terangan kepada penduduk Kota Mekkah dan sekitarnya. Ketika itu, Nabi Muhammad banyak mendapat tantangan dan cemoohan dari tokoh-tokoh Quraisy atau masyarakat jahiliah pada masa itu. Mereka menyiksa dengan kejam bahkan membunuh para pengikut Nabi Muhammad saw. 
Meskipun mendapat banyak tantangan dari kaum musyirikin Quraisy, dakwah Nabi Muhammad saw tidak pernah surut. Beliau dan pengikutnya tetap menyebarkan ajaran Islam dengan penuh keteguhan dan keikhlasan.

Nabi Muhammad Dan Pengikutnya Hijrah


Kisah Nabi Muhammad Dan Pengikutnya Hijrah

Dunia Nabi ~ Ka’bah merupakan pusat kegiatan masyarakat jahiliyah Arab. Hal ini terjadi karena Ka’bah terdapat berhala-berhala. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku datang ke Ka’bah untuk menjalankan ritual dan tradisi keagamaannya. Pada saat itulah, Nabi Muhammad berdakwah kepada mereka agar memeluk agama Islam. Di antara mereka yang tertarik memeluk agama Islam adalah orang-orang dari Yatsrib (Madinah).

Orang-orang Yatsrib menemui Nabi Muhammad di Bukit Aqabah secara diam-diam. Setelah memeluk agama Islam, mereka berjanji setia akan melindungi Islam, Nabi Muhammad, dan orang-orang Islam di Mekkah. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Baiat Aqabah yang pertama. 
Pada tahun berikutnya, orang-orang Yatsrib datang lagi ke Bukit Aqabah dalam jumlah yang lebih banyak. Mereka memeluk agama Islam dan berjanji setia akan melindungi Nabi Muhammad dan ajarannya. Ketika itu, mereka mengundang Nabi Muhammad dan umat Islam di Mekkah untuk tingga di Yatsrib. Nabi Muhammad pun memutuskan agar ia dan pengikutnya berhijrah ke Yatsrib. 
Ketika mengetahui Nabi Muhammad dan pengikutnya hendak berhijrah, kaum Quraisy berusaha menghalanginya. Namun, Nabi Muhammad dan umat Islam di Mekkah telah bertekad untuk hijrah ke Yatsrib. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara bertahap. Akhirnya selama sekitar dua bulan, Nabi Muhammad dan umat Islam Mekkah sampai di Yatsrib. Umat Islam dari Madinah (kaum Muhajirin) disambut dengan suka cita oleh penduduk Yatsrib (kaum Anshar) yang hampir semuanya telah memeluk agama Islam. Kota Yatsrib kemudian dikenal dengan nama Madinah Al-Munawwarah yang artinya ‘Kota yang bercahaya’. 
Di Madinah, Islam telah berkembang pesat. Umat Islam dapat beribadah dengan tenang. Di Madinah juga terbentuk pemerintahan Islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad saw.

Penaklukan Kota Mekah


Kisah Penaklukan Kota Mekkah

Dunia Nabi ~ Kaum Anshar dan kaum Muhajirin di Madinah bersatu,Islam semakin kuat. Selama itu, kaum Quraisy di Mekkah seringkali melancarkan serangan. Peperangan di antara umat Islam dan kaum Quraisy tidak dapat terhindarkan, seperti Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak.

Dari berbagai pertempuran tersebut, hanya pada Perang Uhud Umat Islam kalah. Kekalahan umat Islam disebabkan oleh ketidakpatuhan pasukan ahli pemanah terhadap perintah Nabi Muhammad saw. 
Setelah Perang Khandak, umat Islam dan kaum Quraisy mengadakan perjanjian perdamaian, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Umat Islam dapat hidup damai berdampingan dengan kaum Quraisy. Namun setelah beberapa lama, kaum Quraisy melanggar perjanjian tersebut dengan menyerang sekutu umat Islam. 
Ketika itu, Bani Khuza’ah bersekutu dengan umat Islam, sedangkan Bani Bakar bersekutu dengan kaum Quraisy. Bani Bakar menyerang Bani Khuza’ah. Banyak orang dari Bani Khuza’ah yang terbunuh. Di antara Bani Khuza’ah yang selama meminta pertolongan kepada Rasulullah. 
Rasulullah segera mempersiapkan pasukannya. Rasulullah dan tentaranya bergerak ke Mekkah pada bulan Ramadhan 8 Hijriah. Ketika sampai di Mar Al-Zahran, Rasulullah memerintahkan untuk menyalakan ribuan api obor. Rasulullah juga mengutus Abu Sufyan ke Mekkah. Kaum Quraisy pun menyadari kedatangan Rasulullah dan tentara Muslim. Kaum Quraisy bersembunyi karena tidak mampu melawan.

Akhirnya, Rasulullah dan tentara Muslm tiba di Mekkah. Rasulullah mencium batu Hajar Aswad. Kemudian, Rasulullah dan tentara Muslim menghancukan 360 berhala di sekitar Ka’bah. Ia juga bertawaf sebanyak 7 kali. Lukisan Nabi Ibrahim dan patung berhala di dalam Ka’bah dihancurkan oleh Rasulullah. 
Rasulullah mengatakan siapa saja yang bersembunyi di rumah masing-masing, di Masjidil Haram, atau di rumah Abu Sufyan akan dimaafkan. Penduduk Mekkah sangat senang dan banyak di antara mereka yang memeluk agama Islam. 
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam. Ketika Nabi Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam. Banyak rintangan dihadapi oleh Nabi Muhammad selama berdakwah. Namun, tidak sedikitpun, beliau berputus asa. 
Nabi Muhammad diutus Allah bagi seluruh umat manusia. Hal itu sesuai dengan Al-Quran Surat Saba ayat 28, “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” 
Hal itu berbeda dengan Nabi-Nabi sebelumnya. Mereka diutus oleh Allah untuk suatu kaum. Misalnya, Allah mengutus Nabi Shaleh kepada kaum Tsamud, Nabi Hud kepada kaum ‘Ad, dan Nabi Musa kepada kaum Bani Israil. 
Meskipun demikian, terdapat persamaan antara Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi sebelumnya, yaitu sama-sama mengajarkan untuk hanya menyembah kepada Allah. Nabi-Nabi itu mengajarkan tauhid, yaitu tidak ada Tuhan selain Allah dan hanya Allah yang patut disembah. Hal itu sesuai dengan Al-Quran Surat Al-Anbiyaa ayat 25, “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami Wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.”

Kisah Nabi Isa Saat Memiliki Pengikut


Kisah Nabi Isa Saat Mulai Memiliki Pengikut

Kisah Nabi Isa Saat Mulai Memiliki Pengikut ~ Sesampai di makam, Isa berdiri persis di dekat makam, menatap ke langit, memohon kepada Allah serta berkata dengan penuh keyakinan “Wahai Azir, bangunlah!” Tiba-tiba makam itu terbelah, Azir keluar dari dalam makam. Sang ibu memeluk Azir, dengan air mata bercucuran.

Setelah Nabi Isa dianugerahi Allah, dengan mukjizat bisa mengolah tanah liat menjadi burung, dan burung itu dari tanah liat kemudian bisa mengepakkan sayap dan terbang tinggi ke angkasa tak lama setelah Nabi Isa meniupnya, pendeta Yahudi hanya bisa berdecak kagum dan heran. Tak pernah terpikir di benak mereka jika Nabi Isa bisa melakukan hal yang tak mungkin menjadi mungkin. Tetapi sekalipun mukjizat Nabi Isa itu telah dilihat di depan mata mereka, hati mereka seperti tertutup kabut. Mereka tidak mau mengakui akan kebenaran dan mukjizat yang dimiliki Nabi Isa. Sebaliknya, mereka semakin benci kepada Nabi Isa, selain menyebarkan kebencian dan fitnah, mereka pun bersepakat untuk membunuh Nabi Isa. 
Nabi Isa hanya memandang mereka dengan heran. Lalu Nabi Isa berkata, “Siapa yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan Agama) Allah?” 
Ada dua belas orang lelaki bangkit, dan tanpa ragu lagi berkata,”Kami adalah penolong-penolong agama Allah.” (QS. 3 : 52) 
Setelah itu, mereka menengadah ke langit dan berkata dengan penuh keyakinan “Ya Tuhan kami telah beriman kepada apa yang telah engkau turunkan dan telah kami ikuti Rasul, karena itu masukkanlah kami ke golongan orang-orang yang menjadi saksi.” (QS.3 : 53)

Meminta Makanan Lezat

Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada murid-murid Nabi Isa itu, dan akhirnya mereka beriman kepada-Nya dan rasul-Nya. Murid-murid Nabi Isa itu mengikuti ajaran Nabi Isa, putra Maryam, juga bahkan beriman kepadanya dan mendukungnya. 
Nabi Isa dikenal sebagai orang suci dan tidak memiliki keraguan kepada Allah akan apa yang diyakini Nabi Isa beriman kepada Allah tanpa keraguan Nabi Isa ingin orang-orang Bani Israil beriman kepada Allah, karena itu Nabi Isa selalu berdoa kepada Allah memohon kebaikan dan berharap semakin hari ada orang yang mau mendengarkan dan kemudian mengikuti ajaran yang dibawanya. Nabi Isa ingin orang-orang Bani Israil tidak tersesat, menemukan kebenaran dan berbuat kebaikan. 
Sejak menerima risalah kenabian. Nabi Isa selalu berdakwah berbagai tempat dan berharap ada yang mendengarkan. Pernah Nabi Isa berdakwah ke daerah perbukitan. Nabi Isa mengajak murid-muridnya. Di perbukitan itu, Nabi Isa dan murid-muridnya yang menyertainya ingin mengajak penduduk setempat mengenalkan risalah tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa. 
Perjalanan ke perbukitan itu tidaklah mudah, Nabi Isa dan murid-muridnya berhenti sejenak di dekat sebuah pancuran. Nabi Isa dan murid-muridnya duduk. Tapi diluar perkiraan murid-muridnya tiba-tiba Nabi Isa mengusap dan mencuci kaki murid-muridnya itu. Tentu, murid-murid Nabi terhenyak kaget kemudian bertanya, “Wahai Nabi mengapa engkau mencuci kaki kami?” 
Seraya masih terus mencuci kaki murid-muridnya, Nabi Isa menjawab dengan penuh rendah hati. “Aku ingin kalian memperlakukan orang-orang seperti aku memperlakukan kalian. Aku ingin kalian melayani mereka seperti aku melayani kalian.” 
Matahari terus bergeser, pagi berganti menjadi siang. Murid-murid Nabi Isa merasa ada yang melihat di perut mereka. Murid-murid mulai merasa lapar, Nabi Isa memberikan contoh pada murid-muridnya cara menghilangkan rasa lapar dengan memakan dedaunan dan tumbuhan-tumbuhan liar. Tetapi murid-murid Nabi Isa tidak tergolong pengembara, sehingga tidak mampu melakukan apa yang dilakukan Nabi Isa. Sebab, bertahun-tahun Nabi Isa telah meninggalkan keduniawian bisa menahan lapar dan dahaga dengan cara yang tak biasa. Hal itu yang belum bisa diteladani oleh murid-murid Nabi Isa. 
Dalam kondisi lapar seperti itu, murid-murid Nabi Isa berharap ada keajaiban. Mereka pun membincangkan mukjizat Nabi Isa. “Nabi Isa bisa menciptakan sesekor burung dari tanah liat, dengan izin Allah. Jadi, jika dia memohon kepada Allah untuk menurunkan hidangan dari langit untuk kita, pastilah bisa.” 
Murid-murid Nabi Isa saling pandang, dengan alasan itulah mereka kemudian bertanya kepada Nabi Isa. “Wahai putra Maryam bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan kepada kita dari langit?” 
Nabi Isa menoleh kemudian menjawab, “Apakah kalian meragukan kekuasaan Allah?” Kemudian Nabi Isa mengajak pada mereka. “Bertaqwalah kalian kepada Allah juka kalian benar-benar orang yang beriman!” (QS. 5 : 112) 
Lalu mereka berkata, “Kami ingin memakan hidangan itu, dan supaya tentram hati kami, dan supaya kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu” (QS.5 : 113) 
Sejenak Nabi Isa terdiam, wajahnya yang semula bersinar kemudian berubah menjadi layu dan sedih. Bagaimana tidak? Murid-muridnya sedang mengujinya. Padahal sudah jelas Nabi Isa dianugerahi satu mukjizat, pernah membuat burung dari tanah liat, kemudian atas izin Allah nabi Isa meniupnya, dan burung itu menggeliat, hidup dan bisa terbang. 
Mata Nabi Isa hampir berkaca-kaca, karena merasa sedih. Tapi keinginan murid-murid nabi Isa itu seperti tak kuasa ditolaknya Nabi Isa kemudian bersujud kepada Allah. Setelah itu Nabi Isa menengadahkan tangan dan berdoa kepada Allah dengan hati penuh kekhusyukan, dengan satu harapan untuk memenuhi keinginan murid-muridnya. 
“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu. Berilah rezeki kepada kami, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. 5 : 114) 
Tak selang lama kemudian, tempat nabi Isa dan murid-muridnya itu dipenuhi dengan cahaya. Kemudian Allah swt berfirman kepada mereka. ”Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barangsiapa yang kafir di antara kalian, sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku dan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” (QS. 5 : 115) 
Beberapa saat kemudian, makanan istimewa (hidangan dari langit yang dijanjikan oleh Allah) itu turun. Dalam hidangan itu, terpampang roti dan daging. Roti dan daging itu terlihat menggiurkan lidah murid-murid Nabi Isa. Bahkan, aroma dari hidangan itu sampai menyebar ke segala penjuru disekitar tempat itu, sehingga mengundang orang-orang yang lapar dan yang miskin untuk datang menikmati hidangan tersebut. 
Setelah orang-orang itu datang dan melihat di hadapan Nabi Isa dan murid-muridnya terhampar hidangan makanan yang lezat, mereka pun ditawari untuk ikut makan dan minum. Mereka ikut makan dan minum dengan penuh keceriaan. Tak pernah mereka makan-makanan senikmat dan selezat itu.

Mukjizat Menghidupkan Orang Mati

Nabi Isa memiliki seorang teman yang bernama Azir. Dia itu pemuda yang beriman sehingga Nabi Isa pun mencintainya. Setelah lama tak bertemu, Nabi Isa memutuskan berkunjung ke rumah Azir. Tiba-tiba, seorang wanita datang menyambutnya, seraya menangis. 
“Azir telah meninggal dan dikuburkan tiga hari yang lalu,” jawab wanita itu. “Apakah engkau ingin melihat Azir?” Wanita yang tak lain adalah ibu Azir itu menjawab, “Ya”. 
Isa berkata, “Besok aku akan kembali dan memberinya kehidupan, dengan izin Allah”. Esoknya, Isa datang dan berkata kepada Ibu Azir, “Ikutlah denganku ke makamnya.” 
Sesampai di makam, Isa berdiri persis di dekat makam, menatap ke langit, memohon kepada Allah serta berkata dengan penuh keyakinan, “Wahai Azir, bangunlah!” 
Tiba-tiba makam itu terbelah, Azir keluar dari dalam makam. Sang ibu memeluk Azir, dengan air mata bercucuran. Apakah engkau ingin tinggal dengan ibumu?” Azir menjawab, “Ya” Nabi Isa menjawab, “Allah telah memberimu sebuah kehidupan baru. Kau akan menikah dan Allah akan menganugerahimu anak-anak yang baik.”

Membantu Para Nelayan

Pada hari yang lain, Nabi Isa pergi ke pantai. Tapi hari itu, Nabi Isa melihat para nelayan sedih. Mereka tak mendapat tangkapan ikan. Nelayan-nelayan itu duduk di tepi pantai dengan muka murung. Mereka juga melipat layar mereka karena sudah merasa putus asa. 
Tiba-tiba, Nabi Isa naik ke perahu, memerintahkan para nelayan itu untuk segera menaikkan layar, dan mengikuti perahu Nabi. Nabi Isa memerintahkan kepada para nelayan untuk berhenti di tempat tertentu di laut biru, dan melemparkan jala-jala mereka. Sesuatu yang mengejutkan pun terjadi, ketika nelayan-nelayan itu menarik jala-jala mereka, jala-jala mereka itu penuh dengan ikan. Mereka terus menangkap ikan hingga perahu mereka penuh ikan.

Mukjizat Yang Menyembuhkan

Suatu hari, Nabi Isa diajak satu muridnya berkunjung ke rumahnya. Dalam perjalanan, Nabi Isa melihat seorang pemuda berjalan dan beberapa orang mengejek pemuda itu karena pemuda itu tuli dan bisu, tak mendengar apa pun, sehingga ia tak mampu berbicara. Namun ia menatap orang-orang itu dengan kebingungan ketika mereka mentertawakannya dengan sinis. 
Nabi Isa meletakkan telapak tangannya ke telinga pemuda itu, dan ia bisa mendengar. Orang-orang heran, ketika mereka mengetahui pemuda itu bisa mendengar. Sebagian mereka kemudian beriman dan menjadi pengikut Nabi Isa. 
Setelah itu, Nabi Isa meneruskan perjalanan, berkunjung ke rumah muridnya. Esoknya, Nabi Isa mendengar beberapa orang mengetuk pintu dengan kerasnya. Nabi Isa keluar melihat apa yang terjadi. Ketika Nabi Isa keluar, dia melihat seorang yang menderita penyakit lepra yang sedang berjalan dan beberapa orang melempari orang itu dengan batu untuk memaksanya meninggalkan desa itu. Orang-orang itu melempari dari kejauhan dan merasa jijik melihatnya. 
Nabi Isa kemudian mendekati orang yang menderita lepra itu, lalu meletakkan telapak tangannya di wajahnya dan ternyata berhasil dapat menyembuhkan penyakit lepra yang diderita orang itu.
Orang-orang itu saling pandang, dan kemudian berebut untuk menyentuh tangan Nabi Isa.

Mukjizat Nabi Isa Saat Kecil


Mukjizat Nabi Isa Saat Masih Kecil

Mukjizat Nabi Isa Saat Masih Kecil ~ Setelah Maryam mengasingkan diri untuk melahirkan Isa, Maryam yang kembali menuruni bukit, meniti jalan dengan penuh kehati-hatin karena ia menggendong seorang bayi. Sesekali Maryam mencium bayi yang ia gendong dan menutupkan tudung agar bayi yang ada dalam gendongan itu tak tersengat sinar matahari. Maryam terus berjalan, seakan tidak peduli pada apa yang kelak terjadi. Ia sudah diberi satu kekuatan oleh Allah swt. “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (QS. Maryam ayat; 26)

Hingga akhirnya, Maryam sampai ditengah-tengah kaumnya. Ia memasuki kampung tanpa bicara, diam seperti memasuki kota asing yang tak perlu dihiraukan apa pun yang akan terjadi nanti. Orang-orang memandangnya dengan penuh keheranan. Apalagi Maryam sebelum pergi tidak membawa apa pun, tapi saat pulang ke kampung halaman tiba-tiba wanita suci itu berjalan dengan menggendong seorang bayi. 
Pada malam hari. Di altar langit, muncul sebuah bintang yang menawan. Bintang itu seperti memancarkan percik sinar keemasan yang menyilau. Sementara itu, di tempat lain, raja Persia menatap bintang itu dengan penuh kekaguman. Di dalam hati, dia merasa ada yang lain dari bintang-bintang yang pernah dia lihat. Entah kenapa, saat dia melihat bintang itu, dia merasa tentram dan bahagia. 
Perasaan itu mengundang rasa penasaran di dalam pikiran. Akhirnya, dia memanggil seorang paranormal. Dia menceritakan tentang bintang itu. Sang paranormal pun angkat bicara. “Kemudian bintang itu tidak lain sebagai penghormatan atas lahirnya seorang bayi yang istimewa di muka bumi ini.” 
Raja Persia penasaran. Siapa bayi itu? Dia pun memutuskan untuk mengirim beberapa orang kepercayaannya dengan membawa emas, dan susu dan berbagai hadiah. Semua itu akan diberikan keada bayi istimewa tersebut. Para utusan itu melintas dari satu kampung ke kampung yang lain, hingga akhirnya mereka tiba di negeri Syam. Di negeri Syam itu, para utusan raja Persia itu menemui raja Syam menanyakan apa maksud dari kedatangan mereka itu. Mereka menceritakan semua. 
Setelah mendengar cerita dari utusan raja Persia itu, raja Syam pun tidak ragu lagi jika bayi yang dicari itu tidak lain adalah Isa. Raja Syam langsung terpikir soal kelahiran Nabi Isa, karena Nabi Isa sudah bisa berbicara saat masih dalam buaian dan kabar itu santer terdengar ke segenap penjuru negeri Syam. 
Akhirnya, raja Syam memanggil pengawalnya, dan meminta pengawalnya itu mengantar para utusan raja Persia ke tempat tinggal Isa. Tetapi di balik niat baik itu, raja Syam sebenarnya punya niat jahat. Sebelum pengawalnya itu pergi, ia berpesan bahwa setelah para utusan raja Persia itu pergi, mereka harus membunuh Isa. 
Rombongan utusan raja Persia yang diantarkan oleh pengawal raja Syam itu akhirnya sampai ke tempat tingal Nabi Isa. Para utusan raja Persia langsung menyampaikan salam dari raja mereka dan memberikan semua hadiah yang mereka bawa. Tapi para utusan raja Persia itu tahu niat jahat raja Syam. Maka, sebelum mereka berpamitan, mereka membisikkan kepada ibu Isa, Maryam, tentang niat jahat dari raja Syam itu. Seketika itu, Maryam tersentak. Ia mau tak mau harus menyelamatkan Isa. Maryam pun membereskan barangnya dan membawa bayinya keluar dari negeri Syam kemudian pergi ke Mesir. (Di sanalah kemudian nabi Isa dibesarkan hingga mencapai usia 2 (dua) tahun, dan di usia itu Nabi Isa sudah terlihat memiliki keistimewaan, dianugerahi beberapa mukjizat. 
Suatu hari, Dihqan (sebutan untuk seoang pemimpin satu daerah atau wilayah) yang rumahnya ditempati Maryam. Isa merasa kehilangan sejumlah uang dirumahnya. Sedang rumah itu tidak ditinggali, kecuali oleh orang-orang fakir miskin, orang-orang jompo, dan para musafir. Dihqan tidak mengetahui siapa yang telah mengambil uangnya, namun petunjuk yang didapatkannya mengarah dan memberatkan pada Maryam sebagai sang tertuduh. 
Seisi rumah langsung diliputi ketegangan. Mereka yang tinggal dirumah itu menuntut uang itu dikembalikan agar pemilik rumah tetap mengizinkan orang-orang miskin dan papa itu untuk tinggal dirumah tersebut. Saat Isa mengetahui hal itu, ia langsung mendekati satu per satu penghuni rumah itu. Dua di antara orang-orang yang tinggal di rumah itu, menjadi pusat perhatian Isa. Dua oang itu yang satu tuna netra, dan yang satunya lagi lumpuh. Tanpa bertanya sesuatu apa pun. Isa langsung berbicara kepada orang yang buta. 
“Angkatlah orang yang lumpuh itu, dan gendonglah dia!” 
“Aku tidak mampu melakukannya.” jawab orang yang buta tersebut. “Kamu pasti mampu! Lakukanlah seperti ketika kamu berdua mengambil uang yang hilang dari lubang kamar.” 
Setelah Isa berkata seperti itu, mereka berdua akhirnya mengakui perbuatan mereka dan mengembalikan uang yang mereka ambil dari si pemilik rumah. Sejak saat itu, orang-orang di rumah tersebut menaruh hormat kepada Isa, meskipun ketika itu Nabi Isa masih sangat kecil dan belum diangkat menjadi Nabi. Isa masih kecil waktu itu dan kerap bermain dengan teman-teman sebayanya. Sekali pun masih kecil, Isa selalu membuat hal yang tak terduga bisa terjadi. Pernah suatu hari, Isa berkumpul dengan teman-temannya dan Isa mengatakan, “Maukah kau aku beritahu sesuatu yang disembunyikan oleh ibumu?” 
Salah satu dari anak itu pun menjawab, “Tentu saja.” 
Lalu, Isa memberitahukan, “Ibumu telah menyimpan ini dan itu darimu.” 
Anak itu diliputi perasaan bimbang. Apakah benar yang dikatakan oleh Isa itu? Padahal dia selama ini melihat ibunya sangat dan penuh perhatian terhadapnya. Tetapi, asa penasaran membuat anak itu berjalan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, pikirannya diliputi kegalauan. Jarak antara tempat dia berbicara dengan Isa dan rumahnya serasa jauh. Ia pun berjalan dengan cepat, dan sudah tak sabar ingin bertanya keada ibunya tentang apa yang disampaikan oleh Isa.

Setelah sampai di rumah anak itu pun langsung menerabas masuk ke dalam rumah. Ia langsung menemui ibunya. Dan kilatan mata yang tajam di upil mata anak itu ketika ia dengan nanar menatap ke arah ibunya. Ibu anak itu merasa heran. Apalagi tak lama kemudian anak itu berkata dengan tiba-tiba. “Wahai ibuku.... berikanlah aku makanan yang kau sembunyikan dariku.” 
Ibu anak itu pun merasa aneh dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Tidak pernah anak itu seperti hal itu sebelumnya, seolah-olah anak itu tahu apa yang disembunyikan oleh ibunya. Tetapi, ibu, anak itu merasa tidak bersalah. Sekalipun merasa tertuduh, ibu anak itu menjawab seolah-olah tidak tahu apa yang aku sembunyikan darimu?” 
Anak itu menjawab, “Makanan ini dan itu.” 
Setelah anak itu menyebutkan makanan yang dimaksud, ibunya tak bisa mengelak lagi. Tetapi di dalam hati, sang ibu merasa anaknya itu tahu apa yang telah disembunyikan. Kemudian ibu anak itu pun bertanya, ”dari mana kau tahu ibu menyembunyikan makanan tersebut?” 
“Aku diberitahu oleh Isa bin Maryam“, jawab anak itu. 
Saat mendengar nama Isa disebut ibu, anak itu merasa tercekat. Ada setangkup beban dan rasa bersalah yang melingkupi pikiran. Labih dari itu, ibu anak itu pun tahu. Isa bukanlah orang biasa. 
Hari berlalu dan bulan berbilang. Suatu hari anak Dihqan mengadakan acara jamuan makan. Anak Dihqan mengundang orang-orang itu datang menghadiri undangan dan jamuan makananan pun dihidangkan. Aroma sedap menguar dan mereka semua makan dengan lahap. Dan satu kebiasaan dalam acara jamuan semacam itu yang tak bisa ditinggalkan. 
Usai jamuan makan selesai, anak Dihqan pun menyuguhkan minuman, yakni minuman arak. Tapi, harapan anak Dihqan yang ingin menyenangkan tamu undangan, ternyata bertepuk sebelah tanga. Guci arak milik anak Dihqan rupanya kosong. Muka anak Dihqan langsung pucat pasi karena diliputi perasaan malu. Isa yang melihat kejadian itu, kemudian mendekat ke arah guci. Sejenak dia mengusap sekeliling guci. Keajaiban pun terjadi Guci itu tiba-tiba sudah dipenuhi kembali dengan arak dari jenis yang terbaik. Orang-orang yang melihat kejadian itu merasa heran dan berdecak kagum. Peristiwa itu membuat Isa dihormati banyak orang. 
Tidak lama setelah itu, Isa dan Maryam kembali ke Baitul Maqdis, kampung halaman mereka. Ketika Isa menginjak usia tiga belas tahun, Allah memerintahkan untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Bethel (nama kota di Baitul Maqdis). Maryam dan Isa kemudian menemui Yusuf (anak dari paman ibunya). Setelah itu, Yusuf menaikkan keduanya ke atas keledai hingga mereka tiba di Bethel dengan keledai itu. Kemudian Isa menetap di sana, dan mendapatkan kitab Injil, diajarkan kitab Taurat, diberi mukjizat bisa menghidupkan orang yang telah mati, bisa menyembuhkan orang-orang yang ditimpa berbagai penyakit, mengetahui hal-hal yang tak terlihat oleh mata (Isa mampu melihat makanan-makanan yang disimpan di rumah-rumah orang Yahudi), dan mengetahui jika ada orang yang datang. 
Semua mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa itu membuat orang-orang terheran-heran, dan terkagum-kagum. Mereka pun sangat takjub dengan mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa. Lalu peralahan-lahan Nabi Isa mulai menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. Tetapi, tidak semua orang mau menerima penjelasan Nabi Isa......!!!!!!

The free online css beautifier takes care of your dirty code and strips every unwanted

Kisah Cobaan Dan Ujian Nabi Ayub A.S


Kisah Cobaan Dan Ujian Nabi Ayub As

Kisah Cobaan dan Ujian Nabi Ayub as ~ Salah satu orang yang dipercaya membawa syariat Tuhan adalah Nabi Ayub as. Orangnya terkenal sabar dan penyayang. Oleh karena itu, Tuhan membanggakan Nabi Ayub kepada segenap makhluk-Nya mulai dari pepohonan, hewan, malaikat bahkan para setan.

Menanggapi "pembanggaan" Tuhan atas Nabi Ayub, setan yang berjiwa pembangkang tentu membantah, menantang Tuhan dengan mengatakan, "Tuhan, Engkau tak perlu membanggakan Ayub-Mu. Dia sabar hati dan baik budi karena hidup serba kecukupan. Saya sangsi apakah Ayub tetap memperlihatkan sikap terpuji jika Engkau menimpakan ujian kemelaratan dan kenistaan."

Mendapat kesangsian setan, Tuhan lantas membuktikan keutamaan makhluk-Nya yang bernama Ayub ini. Nabi Ayub yang semula kaya raya, akhirnya dibangkrutkan Tuhan. Ayub yang asalnya banyak putra, akhirnya satu persatu dicabut nyawanya hingga tak ada sisa. Nabi Ayub yang tadinya gagah, sehat wal afiat, akhirnya ditimpa penyakit yang tak ada obatnya. Badannya membusuk, bahkan belatung telah menempel masuk. Baunya menjadi sangat busuk.

Istri-istrinya, satu persatu meninggalkannya, kecuali hanya satu yang setia, yang justru paling cantik di antara semua. Lebih menyakitkan lagi, akibat bau busuk yang amat menyengat, Nabi Ayub malah diasingkan masyarakat yang tadinya memuja dan menghormatinya. Ia hidup terpencil dalam sebuah gua.

Ada tiga peristiwa penting terkait dengan musibah Nabi Ayub ini.

Bagi orang kebanyakan, musibah beruntun seperti ini akan sangat mungkin membuatnya gila atau bunuh diri akibat putus asa. Tapi, bagi orang sekualitas Nabi Ayub dalam soal keimanan, dia menerima segala cobaan dengan tawakal dan bijaksana. Tak mungkin bagi dirinya untuk berobat, karena tak satu pun orang yang mau mendekat. Sebab, hanya tinggal satu orang yang mau merawat, yakni satu-satunya istri yang masih setia.Dalam keterpurukan dan ketersiksaan, Nabi Ayub tetap ingat dan taat kepada Tuhan. Ia selalu rajin bermunajat, bukan berdoa untuk kesembuhan, tapi berdoa agar diberi ketabahan menerima segala ujian.Setiap kali akan shalat, ia mencabut (memunguti) puluhan belatung yang menempel di lukanya, tapi sama sekali tak mematikannya. Adalah pantangan baginya, membunuh sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan tanpas sesuatu alasan. Bahkan, setelah selsai shalat, belatung dikembalikan pada tempatnya, pada lukanya, agar mereka dapat tetap hidup memperoleh makanan dari tubuhnya. Bagi Nabi Ayub, belatung mempunyai hak hidup sebagaimana dirinya, belatung mempunyai hak mendapatkan pangan (makanan) sebagaimana dirinya pula. Masya Allah.

Suatu hari Nabi Ayub dan istrinya tak memiliki sesuatu apapun untuk mengganjal perutnya. Nabi Ayub kelaparan, istri setianya juga keroncongan. Nabi Ayub tawakal, si istri juga sabar. Namun, lama-lama istri shalehah ini tak tega melihat kondisi suaminya yang kian payah, sudah sakit masih ditambah lapar pula. Sama sekali wanita itu tak memikirkan dirinya, melainkan meresahkan kondisi suaminya. Akhirnya, istri setia itu pergi ke pasar, bukan menjual sesuatu apapun, karena memang tak punya apa-apa yang dapat dijual. Dia hanya menjual rambutnya yang panjang hanya untuk membeli makanan bagi suami tercinta. Kala itu masyarakat memang sudah terbiasa memakai rambut palsu, rambut penyambung untuk gelungan alias kondean, yang dalam terminologi Jawa disebut cemoro, dan dalam bahasa Indonesia dinamakan wig. Ketika si istri pulang dengan membawa makanan, Nabi Ayub bukannya gembira tentang apa yang dilakukan istrinya. Ia marah karena telah menyalahi hukum Tuhan, menjual rambutnya hanya demi makanan. Atas peristiwa ini Nabi Ayub bersumpah, bila Tuhan memberi kesembuhan dia akan menghukum istrinya, mencambuk seratus kali.

Akhirnya Ayub memanjatkan doa agar diberi kesembuhan. Dia berdoa bukan karena tak tahan pada cobaan, melainkan ingin melaksanakan sumpahnya menghukum istri yang melanggar aturan Tuhan.

Singkat kata, Tuhan pun akhirnya memberi kesembuhan, dan nabi Ayub telah lulus ujian. Alhasil, Nabi Ayub akhirnya ingin melaksanakan sumpah, karena janji dan sumpah memang tak mungkin diingkari. Tapi, mengingat kesetiaan dan kesalehan si wanita, Tuhan yang Maha Penyayang langsung mengajari, bahwa Nabi Ayub tetap dapat melaksanakan sumpah memukul istri 100 kali, tapi hendaknya tak menyakiti. Caranya, 100 lidi diikat jadi satu menjadi sapu, lantas dipukulkan sekali dengan keras, yang berarti telah sekaligus memukul 100 kali.

Istri Nabi Nuh Yang Durhaka


Istri Nabi Nuh Wanita Yang Durhaka

Istri Nabi Nuh Wanita Yang Durhaka~ Allah swt mengisyaratkan kisah Nabi Nuh as dalam beberapa surah Al-Quran, diantaranya surah Al-A'raf, Yunus, Hud, Al-Anbiya, Al-Mu'minun, Al-Syu'ara, Al-Ankabut, Al-Shaffat, dan Al-Qamar. Bahkan, secara khusus Allah menamai sebuah surah dalam Al-Quran dengan nama Nuh. Hanya, dari sekian banyak ayat yang mengisahkan tentang istri Nabi Nuh, tidak ada satu pun yang menyebutkan secara langsung tentang istri Nabi Nuh, kecuali dalam satu ayat yang terdapat dalam Surah Al-Tahrim.

"Allah telah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan hamba yang saleh diantara hamba-hamba Kami. Lalu, kedua istri itu mengkhianati kedua suaminya. Maka, kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah. Dan, dikatakan kepada (keduanya), "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)!" [QS. Al-Tahrim 66 : 10]

Ketika Allah mengutus Nabi Nuh as tidak banyak orang yang beriman kepadanya. Bahkan, istrinya pun termasuk salah seorang dari yang tidak beriman. Dia ditelan banjir bandang bersama orang-orang yang tidak beriman lainnya. Dia binasa bersama dengan mereka yang binasa.

Istri Nabi Nuh yang tidak beriman tersebut adalah perempuan yang melahirkan empat anak Nuh, yaitu Ham, Sam, Yafis, dan Yam. Nama yang terakhir ini lebih dikenal dengan nama Kan'an yang ikut ditelan banjir.

Hikmah Kisah

Banyak Pelajaran yang bisa diambil dari kisah istri nabi Nuh as diatas, diantaranya:

Keimanan tidak ada hubungannya dengan faktor keturunan, baik keturunan nabi maupun rasul.Allah dapat saja memberikan keturunan yang jahat kepada orang saleh dan keturunan yang saleh kepada orang jahat. Buktinya, istri Nabi Nuh adalah orang kafir. Namun, sebagian besar anaknya adalah orang-orang yang saleh. Sementara itu, ayah Nabi Ibrahim adalah orang kafir. Namun, dia melahirkan keturunan yang saleh.Pengkhianatan istri Nabi Nuh yang disebutkan dalam ayat Al-Quran diatas adalah dalam hal kekufuran, bukan perselingkuhan. (Sebagian pendapat menyatakan bahwa istri Nuh berselingkuh dengan laki-laki lain). Ibn 'Abbas berkata, "Tidak ada seorang istri Nabi pun yang menjadi pelacur."

25. Nabi Muhammad S.A.W


Nabi Muhammad S.A.W

Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.

Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad

Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)

Abdul Mutallib Wafat

Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.

Muhammad diasuh oleh Abu Talib

Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu "Al-Amin".

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.

Turunnya Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.

Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.

Wafatnya Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.

Hijrah Ke Madinah

Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.

Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."

Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.

24. Nabi Isa A.S


Nabi Isa A.S

Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur'an.

Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu IsaIsa putera Mariamputera Mariam, dan al-Masih.

Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).

Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.

Kelahiran

Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,

"Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!'


Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'" (19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:

"Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)


Kemudian Mariam bertanya,

"Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)


Malaikat menjawab,

"Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21).


Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).

Allah juga menyatakan bahawa Nabi Isa adalah seperti Adam, walaupun Adam diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan mereka berdua adalah pada ciptaan. Kedua-duanya dicipta daripada tanah (3:59). Itu menunjukkan mereka adalah manusia biasa, kerana manusia dicipta daripada tanah.

Kerasulan dan Kenabian

Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:

"Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)


Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,

"Katakanlah, 'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)


Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.

Ajaran

Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:

"Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,


"Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur'an.

Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:

"dia (Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63)


Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:

"Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad(dipuji).u201d (61:6)


Pengikut setia

Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:

"Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111)


Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:

"Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52)


Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:

"Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?' Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.'" (61:14)


Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:

"Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?'

Dia (Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.'


Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113)


Justeru itu, Isa memohon kepada Allah,

"Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114)


Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur'an, iaitu surah kelima, al-Maidah.

Mukjizat

Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:

"Ketika Allah berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-katakepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ..... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku' ..... lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110)


Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah. (Sila rujuk Tidak Mempercayai Mukjizat Nabi?)

 

Wafat

Tidak seperti kepercayaan sesetengah orang iaitu Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat di bumi, namun bukan disalib. Baginda telah wafat selepas peristiwa penyaliban ke atasnya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qur'an. Besar kemungkinan baginda telah melarikan diri dari tempat baginda dijatuhkan hukum.

Bukti yang menunjukkan baginda telah wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat berikut:

"Apabila Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya .....'" (3:55)


"Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)


Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:

"ucapan mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah." (4:157)


Telah wujud lagi kepercayaan terhadap Nabi Isa yang tidak disahkan Allah di dalam al-Qur'an, iaitu baginda akan muncul lagi di bumi buat kali kedua. Itu tidak benar. (Sila rujuk artikel Menanya Ustaz: kedatangan Imam Mahadi & Nabi Isa dan Imam Mahadi di ruangan Soalan Lazim. Terima kasih.)

 

Terpesong

Setelah Isa wafat, beberapa perkara telah berlaku. Pertama, orang-orang yang mengaku pengikut baginda telah menubuhkan sistem berahib, atau berpaderi, atau sistem berulama dalam agama. Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah. Firman-Nya:

"Dan rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka reka - Kami tidak menuliskan (menetapkan) untuk mereka" (57:27).


Kemudian, antara mereka bersetuju untuk mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran yang luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah terpesong dalam kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:

"Merekalah orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata, 'Sesungguhnya Allah, Dia ialah al-Masih putera Mariam'" (5:17), dan


"orang-orang Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putera Allah.' Itu adalah ucapan daripada mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka. Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka dipalingkan?" (9:30)


Satu bukti telah didatangkan Allah untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan mereka. Buktinya adalah pada amalan memakan makanan, berbunyi:

"Al-Masih, putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling." (5:75)


Nabi Isa dan ibunya makan makanan. Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia makan tentu Dia mempunyai sebuah "pintu kecil" untuk mengeluarkan makanan yang tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang terdapat di bahagian belakang badan manusia atau haiwan.

Sekiranya hujah itu disampaikan kepada orang-orang yang mempercayai Nabi Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka akan berpaling juga dan tetap dengan kepercayaan mereka. Begitulah manusia dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa menggunakan akal.

Akhirat

Kepercayaan serupa itu sungguh berat di sisi Allah sehingga Nabi Isa akan ditanya di akhirat. Baginda akanditanya sama ada baginda telah menyatakan bahawa baginda dan ibunya adalah tuhan-tuhan selain daripada Allah. Pertanyaan-Nya berbunyi:

"Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?" (5:116)


Nabi Isa akan menjawab:

"Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib." (5:116)


Jawapannya bersambung lagi:

"Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)


Nabi Muhammad juga akan ditanya di akhirat atas sesuatu yang amat berat juga. Baginda ditanya mengenai sambutan kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawapan baginda berbunyi:

"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)


Itulah yang berlaku pada hari ini. Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan. Namun, masa masih ada untuk semua kembali kepada ajaran al-Qur'an.

23. Nabi Yahya A.S


Nabi Yahya A.S

Pada suatu masa, Nabi Zakaria telah berusia lanjut. Usianya ketika itu mencapai sekitar sembilan puluh tahun. Namun, ia dan istrinya belum dikaruniai seorang anak pun. Siang dan malam, Nabi Zakaria dan istrinya terus berdoa memohon kepada Allah agar dirinya diberi seorang anak. Hati Nabi Zakaria mulai risau karena belum memiliki anak. Ia khawatir tidak ada yang meneruskan dakwahnya kepada kaum Bani Israil. Apabila hal itu terjadi, ia cemas kaum bani israil akan kembali pada kekufuran.

Doa Nabi Zakaria terdapat di dalam Al Quran Surat Al Anbiya ayat 89, “Dan ingatlah kisah Zakaria, ketika ia menyeru Tuhannya, Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri. Engkaulah sebaik-baik pewaris.” Setiap harinya, Nabi Zakaria pergi ke mihrab untuk bersembahyang dan menjenguk Maryam. Suatu ketika, Nabi Zakaria berkunjung ke mihram Maryam. Ketika itu, Maryam sedang bersembahyang dengan khusyuk sehingga tidak mengetahui kedatangan Nabi Zakaria. Pada saat itulah, ia merasa heran karena melihat makanan berada di salah satu sudut mihrab Maryam. Dalam hati, Nabi Zakaria bertanya, “Dari mana Maryam mendapatkan makana ini?” 
Setelah Maryam selesai bersembahyang, Nabi Zakaria bertanya tentang asal makanan tersebut. Maryam menjawab, “Makanan itu adalah rezeki pemberian Allah kepadaku setiap hari. Aku tidak pernah meminta, tetapi Allah memberikannya kepadaku.” “Bagaimanakah kamu mendapatkannya?” tanya Nabi Zakaria dengan penuh keheranan. Maryam menjawab bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Zakaria pun mengerti. 
Peristiwa itu sangat membekas dalam hati Nabi Zakaria. Dari peristiwa itu, Nabi Zakaria menjadi yakin jika ia berdoa, Allah akan mengabulkan doanya. Setibanya di rumah, Nabi Zakaria menceritakan kejadian itu kepada istrinya. Sejak saat itu, Nabi Zakaria dan istrinya berdoa kepada Allah dan tidak pernah berputus asa.

Kabar Gembira Untuk Nabi Zakaria

Nabi Zakaria senantiasa berdoa kepada Allah. Ia berharap Allah akan memberikan keturunan kepadanya. Pada suatu ketika, kabar gembira datang kepada Nabi Zakaria. Doanya akan dikabulkan oleh Allah. Hal itu di kisahkan dalam Al Quran Surat Maryam ayat 7, “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” Nabi Zakaria tidak langsung mempercayainya. Dengan penuh keheranan, ia berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.” Tuhan berfirman, “Demikianlah.” Tuhan berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” 
Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Tuhan berfirman, “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat mencakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” Kemudian Nabi Zakaria keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka agar mereka bertasbih di waktu pagi dan petang. Demikianlah, Nabi Zakaria sangat bahagia mendengar kabar itu. Ia bersyukur karena Allah mengabulkan doanya. Ia mengajak kaumnya untuk senantiasa bertasbih kepada Allah.

Kelahiran Nabi Yahya

Allah swt Yang Maha Mendengar dan Berkuasa mengabulkan doa Nabi Zakaria. Melalui Malaikat Jibril, Allah mmeberikan kabar gembira kepada Nabi Zakaria. Ketika itu, Nabi Zakaria sedang melaksanakan shalat di mihrabnya. Malaikat Jibril memanggil, “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi yang termasuk keturunan orang-orang saleh.” (QS. Ali Imran : 39) 
Kemudian Nabi Zakaria berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?” Allah berfirman, “Demikianlah, Aku berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” Zakaria berkata, “Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung).” Allah berfirman, “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS. Ali Imran : 40-41) 
Akhirnya, lahirlah anak tersebut. Allah memberikan nama anak itu dengan nama Yahya. Sejak masa kanak-kanak, Nabi Yahya mendapatkan kasih sayang yang besar dari kedua orang tuanya. Nabi Yahya dididik dengan pendidikan agama. Selain itu, Allah mengaruniakan Nabi Yahya beberapa keistimewaan, seperti bijak, cepat memahami suatu perkara, lemah lembut, dan terhindar dari bahaya. Nabi Yahya adalah seorang yang berkepribadian baik, bertakwa, dan hidup sederhana. Allah juga menjauhkan Nabi Yahya dari perbuatan maksiat. Nabi Yahya membantu ayahnya berdakwah kepada kaum Bani Israil dengan menegakkan ajaran-ajaran Allah. Ia adalah salah seorang hamba yang saleh.

Dakwah Nabi Yahya

Al Quran menggambarkan Nabi Yahya sebagai seorang yang diberi ilmu dan hikmah sejak kecil. Selain itu, ia adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, tidak sombong dan tidak durhaka. Nabi Yahya adalah juga seorang yang cerdas dan berpikiran tajam. Ia sangat rajin beribadah pada siang hari dan malam hari. 
Sejak masih kecil, Nabi Yahya telah di beri kemampuan untuk memahami kitab Taurat. Penguasaan dan pemahamannya terhadap ilmu agama menjadikan Nabi Yahya sebagai tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi ia juga menerapkannya dalam sehari-hari. Ia menegakkan hukum-hukum Allah di kalangan Bani Israil dengan tegas. Dengan berani, ia akan mengungkapkan kebenaran berdasarkan ajaran-ajarannya sekalipun hal itu ditentang oleh pihak penguasa.
Sebelum usia 30 tahun, Nabi Yahya telah diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul. Suatu ketika, Allah memberikan wahyu kepada Nabi Yahya. Wahyu itu adalah lima perkara yang harus disampaikan kepada kaum Nabi Yahya. Setelah itu, Nabi Yahya berdakwah kepada kaumnya di sebuah masjid. Ia menyatakan bahwa Allah telah mengutusnya untuk menyampaikan lima perkara kepada kaumnya. “Lima perkara itu adalah hal-hal yang harus kalian laksanakan. Pertama, Kalian harus menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Kedua, kalian diperintahkan untuk mendirikan shalat. Ketiga, kalian disuruh untuk berpuasa. Keempat, kalian diminta untuk bersedekah. Kelima, kalian diperintahkan untuk berzikir dan mengingat Allah. Jika kalian melaksanakan lima perkara tersebut, kalian termasuk golongan orang beriman. Kelak orang-orang beriman akan ditempatkan di surga,” seru Nabi Yahya.

Wafatnya Nabi Yahya

Nabi Yahya adalah Rasul Allah yang taat melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah. Ia sangat membenci tindakan-tindakan yang melanggar ketentuan Allah. Pada masa itu, wilayah Palestina dipimpin oleh Herodus. Ketika itu, Herodus berkeinginan untuk menikah dengan anak saudaranya sendiri yang bernama Herodea. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa Herodea adalah anak tiri Herodus. Pernikahan seperti itu tidak diperbolehkan dalam syariat ajaran Musa atau melanggar hukum dalam kitab Taurat. 
Nabi Yahya menentang pernikahan tersebut. Banyak orang juga menentang pernikahan tersebut. Herodea yang sangat ingin menikah dengan Herodus menjadi marah. Ia merasa khawatir dengan penentangan Nabi Yahya dan orang-orang tersebut akan mempengaruhi keputusan Herodus untuk menikah dengannya. 
Penentangan itu membuat Herodea marah. Ia pun berniat membunuh Nabi Yahya. Herodea pun membujuk Herodus untuk membunuh Nabi Yahya. Pada awalnya, Herodus keberatan. Namun akhirnya, Herodus menyanggupinya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk menangkap dan membunuh Nabi Yahya. Para pengawal itu diperintahkan untuk membawa kepala Nabi Yahya ke hadapan Herodus. 
Akhirnya, para pengawal berhasil menangkap dan memenggal kepala Nabi Yahya. Kepala Nabi Yahya dibawa ke hadapan Herodus dan Herodea. Herodea sangat senang karena keinginannya tercapai. Setelah peristiwa itu, Allah melaknat Herodea dan seluruh kaum Bani Israil. Mereka mendapat kemurkaan Allah.

22. Nabi Zakaria A.S


Nabi Zakaria A.S

Pada suatu masa, Nabi Zakaria telah berusia lanjut. Usianya ketika itu mencapai sekitar sembilan puluh tahun. Namun, ia dan istrinya belum dikaruniai seorang anak pun. Siang dan malam, Nabi Zakaria dan istrinya terus berdoa memohon kepada Allah agar dirinya diberi seorang anak. Hati Nabi Zakaria mulai risau karena belum memiliki anak. Ia khawatir tidak ada yang meneruskan dakwahnya kepada kaum Bani Israil. Apabila hal itu terjadi, ia cemas kaum bani israil akan kembali pada kekufuran.

Doa Nabi Zakaria terdapat di dalam Al Quran Surat Al Anbiya ayat 89, “Dan ingatlah kisah Zakaria, ketika ia menyeru Tuhannya, Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri. Engkaulah sebaik-baik pewaris.” Setiap harinya, Nabi Zakaria pergi ke mihrab untuk bersembahyang dan menjenguk Maryam. Suatu ketika, Nabi Zakaria berkunjung ke mihram Maryam. Ketika itu, Maryam sedang bersembahyang dengan khusyuk sehingga tidak mengetahui kedatangan Nabi Zakaria. Pada saat itulah, ia merasa heran karena melihat makanan berada di salah satu sudut mihrab Maryam. Dalam hati, Nabi Zakaria bertanya, “Dari mana Maryam mendapatkan makana ini?” 
Setelah Maryam selesai bersembahyang, Nabi Zakaria bertanya tentang asal makanan tersebut. Maryam menjawab, “Makanan itu adalah rezeki pemberian Allah kepadaku setiap hari. Aku tidak pernah meminta, tetapi Allah memberikannya kepadaku.” “Bagaimanakah kamu mendapatkannya?” tanya Nabi Zakaria dengan penuh keheranan. Maryam menjawab bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Zakaria pun mengerti. 
Peristiwa itu sangat membekas dalam hati Nabi Zakaria. Dari peristiwa itu, Nabi Zakaria menjadi yakin jika ia berdoa, Allah akan mengabulkan doanya. Setibanya di rumah, Nabi Zakaria menceritakan kejadian itu kepada istrinya. Sejak saat itu, Nabi Zakaria dan istrinya berdoa kepada Allah dan tidak pernah berputus asa.

Kabar Gembira Untuk Nabi Zakaria

Nabi Zakaria senantiasa berdoa kepada Allah. Ia berharap Allah akan memberikan keturunan kepadanya. Pada suatu ketika, kabar gembira datang kepada Nabi Zakaria. Doanya akan dikabulkan oleh Allah. Hal itu di kisahkan dalam Al Quran Surat Maryam ayat 7, “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” Nabi Zakaria tidak langsung mempercayainya. Dengan penuh keheranan, ia berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.” Tuhan berfirman, “Demikianlah.” Tuhan berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” 
Zakaria berkata : “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Tuhan berfirman, “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat mencakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” Kemudian Nabi Zakaria keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka agar mereka bertasbih di waktu pagi dan petang. Demikianlah, Nabi Zakaria sangat bahagia mendengar kabar itu. Ia bersyukur karena Allah mengabulkan doanya. Ia mengajak kaumnya untuk senantiasa bertasbih kepada Allah.

Kelahiran Nabi Yahya

Allah swt Yang Maha Mendengar dan Berkuasa mengabulkan doa Nabi Zakaria. Melalui Malaikat Jibril, Allah mmeberikan kabar gembira kepada Nabi Zakaria. Ketika itu, Nabi Zakaria sedang melaksanakan shalat di mihrabnya. Malaikat Jibril memanggil, “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi yang termasuk keturunan orang-orang saleh.” (QS. Ali Imran : 39) 
Kemudian Nabi Zakaria berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?” Allah berfirman, “Demikianlah, Aku berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” Zakaria berkata, “Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung).” Allah berfirman, “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS. Ali Imran : 40-41) 
Akhirnya, lahirlah anak tersebut. Allah memberikan nama anak itu dengan nama Yahya. Sejak masa kanak-kanak, Nabi Yahya mendapatkan kasih sayang yang besar dari kedua orang tuanya. Nabi Yahya dididik dengan pendidikan agama. Selain itu, Allah mengaruniakan Nabi Yahya beberapa keistimewaan, seperti bijak, cepat memahami suatu perkara, lemah lembut, dan terhindar dari bahaya. Nabi Yahya adalah seorang yang berkepribadian baik, bertakwa, dan hidup sederhana. Allah juga menjauhkan Nabi Yahya dari perbuatan maksiat. Nabi Yahya membantu ayahnya berdakwah kepada kaum Bani Israil dengan menegakkan ajaran-ajaran Allah. Ia adalah salah seorang hamba yang saleh.

Dakwah Nabi Yahya

Al Quran menggambarkan Nabi Yahya sebagai seorang yang diberi ilmu dan hikmah sejak kecil. Selain itu, ia adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, tidak sombong dan tidak durhaka. Nabi Yahya adalah juga seorang yang cerdas dan berpikiran tajam. Ia sangat rajin beribadah pada siang hari dan malam hari. 
Sejak masih kecil, Nabi Yahya telah di beri kemampuan untuk memahami kitab Taurat. Penguasaan dan pemahamannya terhadap ilmu agama menjadikan Nabi Yahya sebagai tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi ia juga menerapkannya dalam sehari-hari. Ia menegakkan hukum-hukum Allah di kalangan Bani Israil dengan tegas. Dengan berani, ia akan mengungkapkan kebenaran berdasarkan ajaran-ajarannya sekalipun hal itu ditentang oleh pihak penguasa.
Sebelum usia 30 tahun, Nabi Yahya telah diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul. Suatu ketika, Allah memberikan wahyu kepada Nabi Yahya. Wahyu itu adalah lima perkara yang harus disampaikan kepada kaum Nabi Yahya. Setelah itu, Nabi Yahya berdakwah kepada kaumnya di sebuah masjid. Ia menyatakan bahwa Allah telah mengutusnya untuk menyampaikan lima perkara kepada kaumnya. “Lima perkara itu adalah hal-hal yang harus kalian laksanakan. Pertama, Kalian harus menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Kedua, kalian diperintahkan untuk mendirikan shalat. Ketiga, kalian disuruh untuk berpuasa. Keempat, kalian diminta untuk bersedekah. Kelima, kalian diperintahkan untuk berzikir dan mengingat Allah. Jika kalian melaksanakan lima perkara tersebut, kalian termasuk golongan orang beriman. Kelak orang-orang beriman akan ditempatkan di surga,” seru Nabi Yahya.

Wafatnya Nabi Yahya

Nabi Yahya adalah Rasul Allah yang taat melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah. Ia sangat membenci tindakan-tindakan yang melanggar ketentuan Allah. Pada masa itu, wilayah Palestina dipimpin oleh Herodus. Ketika itu, Herodus berkeinginan untuk menikah dengan anak saudaranya sendiri yang bernama Herodea. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa Herodea adalah anak tiri Herodus. Pernikahan seperti itu tidak diperbolehkan dalam syariat ajaran Musa atau melanggar hukum dalam kitab Taurat. 
Nabi Yahya menentang pernikahan tersebut. Banyak orang juga menentang pernikahan tersebut. Herodea yang sangat ingin menikah dengan Herodus menjadi marah. Ia merasa khawatir dengan penentangan Nabi Yahya dan orang-orang tersebut akan mempengaruhi keputusan Herodus untuk menikah dengannya. 
Penentangan itu membuat Herodea marah. Ia pun berniat membunuh Nabi Yahya. Herodea pun membujuk Herodus untuk membunuh Nabi Yahya. Pada awalnya, Herodus keberatan. Namun akhirnya, Herodus menyanggupinya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk menangkap dan membunuh Nabi Yahya. Para pengawal itu diperintahkan untuk membawa kepala Nabi Yahya ke hadapan Herodus. 
Akhirnya, para pengawal berhasil menangkap dan memenggal kepala Nabi Yahya. Kepala Nabi Yahya dibawa ke hadapan Herodus dan Herodea. Herodea sangat senang karena keinginannya tercapai. Setelah peristiwa itu, Allah melaknat Herodea dan seluruh kaum Bani Israil. Mereka mendapat kemurkaan Allah.

21. Nabi Yunus A.S


Nabi Yunus A.S

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.

Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.

Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami."

Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.

Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.

Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.

Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.

Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.

Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami."

Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.

Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.

Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.

Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang zalim."

Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.

Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.

Bahawasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ."

Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.

20. Nabi Ilyasa A.S


Nabi Ilyasa A.S

Nabi Ilyasa adalah murid dari Nabi Ilyas as. Ia adalah salah seorang Nabi dan Rasul dari kalangan Bani Israil.

Dalam Al Quran, nama Ilyasa disebutkan sebagai orang yang dilebihkan derajatnya. “Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)”. (QS. Al-An’aam : 48). 
Allah juga menggolongkan Nabi Ilyasa sebagai orang yang paling baik. “Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shaad : 48). 
Pertemuan Nabi Ilyas dengan Nabi Ilyasa bermula saat Nabi Ilyas memasuki rumah seorang kaum Bani Israil. Di rumah tersebut terdapat anak kecil yang sedang sakit. Nabi Ilyas berdoa kepada Allah agar anak kecil itu sembuh. 
Tidak lama kemudian, anak kecil itu sembuh. Anak kecil itu mengikuti ajaran Nabi Ilyas. Ia beriman kpada Allah. Anak kecil itu adalah Nabi Ilyasa.

Dakwah Nabi Ilyasa

Ketaatan Nabi Ilyasa telah terlihat sejak ia masih kecil. Nabi Ilyasa telah sering mengikuti Nabi Ilyas berdakwah. Oleh karena itu, Nabi Ilyasa mendapat kepercayaan dari Nabi Ilyas untuk menggantikannya. 
Setelah Nabi Ilyas wafat, Nabi Ilyasa meneruskan dakwahnya. Ketika itu, sebagian kaum Nabi Ilyas masih ada yang menyembah berhala. Mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Mereka tidak mau menerima agama yang dibawa oleh Nabi Ilyasa. Meskipun demikian, Nabi Ilyasa tetap sabar dan tidak berputus asa. Nabi Ilyasa tetap bertekad untuk membawa kaumnya hanya menyembah kepada Allah swt. 
Sebagian kaum Bani Israil ada yang menjadi pengikut Nabi Ilyasa. Mereka hidup rukun dan damai hingga Nabi Ilyasa wafat. Mereka sangat sedih dengan wafatnya Nabi Ilyasa. 
Setelah sekian lama Nabi Ilyasa wafat, mereka mulai meninggalkan ajaran Nabi Ilyasa. Semakin lama, mereka semakin kufur terhadap Allah swt.

19. Nabi Ilyas A.S


Nabi Ilyas A.S

Nabi Ilyas adalah benar-benar seorang Rasul. Hal itu ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran Surat Ash-Shaaffaat ayat 123 : “Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang dari rasul-rasul.” Nama Ilyas disebut empat kali dalam Al-Quran, yaitu di Surat Ash-Shaaffaat dan Surat Al-An’aam. Nabi Ilyas adalah seorang yang saleh dan taat menjalankan perintah Allah swt.

sumber : hambamuslim.com

Sekalipun Nabi Ilyas adalah seorang yang bertakwa, ia hidup di tengah-tengah masyarakat yang syirik, yaitu menyembah berhala. Kaum Nabi Ilyas adalah keturunan Bani Israil yang tinggal di Kota Balbek. Kota ini berada di wilayah Lebanon. Mereka menyembah berhala yang dinamakan Baal. 
Allah mengutus Nabi Ilyas untuk berdakwah tentang tauhid yang benar. Nabi Ilyas diminta mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt.

Dakwah Nabi Ilyas

Allah telah mengutus Nabi Ilyas kepada kaum Bani Israil di Kota Baalbek. Nabi Ilyas pun melaksanakan perintah Allah dengan penuh kesungguhan. 
Nabi Ilyas menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah. Namun, mereka tidak mau memperdulikannya. Sekalipun begitu, Nabi Ilyas tetap bersabar dan terus berdakwah. 
Suatu hari, Nabi Ilyas berkata, “Mengapa kamu tidak bertakwa ? Patutkah kamu menyembah Baal dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhamu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu ?” Kaum Nabi Ilyas tetap tidak menghiraukan perkataan Nabi Ilyas. 
Nabi Ilyas berkata kepada kaum Bani Israil, “Apakah engkau tidak takut dengan azab Allah ? Engkau menyembah berhala Baal, padahal hanya Allah, Tuhan semesta alam, yang patut disembah.” Kaum Bani Israil tetap tidak mengindahkan seruan Nabi Ilyas. Meskipun demikian, Nabi Ilyas tidak berputus asa. 
Kaum Bani Israil tetap menyembah berhala, padahal berhala tidak memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka. Bagaimana mungkin mereka meminta pertolongan kepada berhala yang tidak bernyawa ? Demikianlah, mereka menjadi kafir karena mereka tetap menyembah berhala.

Hukuman Untuk Kaum Nabi Ilyas

Nabi Ilyas terus-menerus meminta kaum Bani Israil untuk menyembah Allah. Namun, kaum Bani Israil tetap menolak dakwah Nabi Ilyas. Nabi Ilyas tetap bersabar. 
Suatu ketika, Nabi Ilyas berdoa kepada Allah supaya menghentikan hujan. Allah memperkenankan doa Nabi Ilyas. Selama tiga tahun wilayah tersebut tidak turun hujan. Akibatnya, hewan-hewan ternak dan tumbuhan banyak yang mati. Kaum Nabi Ilyas mengalami banyak kesusahan. 
Nabi Ilyas berkata kepada kaumnya apabila mereka meninggalkan berhala, dia akan berdoa kepada Allah untuk menghilangkan kesusahan mereka. Mereka pun membuang berhala-berhala mereka. Setelah itu, Nabi Ilyas berdoa kepada Allah. Allah mengabulkan doa Nabi Ilyas, yaitu menghilangkan kesusahan dan menurunkan hujan. 
Meskipun demikian, kaum Nabi Ilyas tetap memelihara kekafiran mereka. Nabi Ilyas berdoa sekali lagi kepada Allah untuk menghentikan hujan. Allah pun mengabulkan kembali doanya. Mereka beriman kepada Allah. Kemudian, Allah mengutus Nabi Ilyasa untuk menggantikan Nabi Ilyas. 
Pada akhirnya, kaum Bani Israil akan menjadi kafir lagi dan azab Allah yang pedih menimpa mereka. “Maka mereka mendustakannya. Oleh karena itu, mereka akan diseret (ke neraka), kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).” (QS. Ash-Shaaffaat : 127-128).